Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kisah Sedih di Balik Kontrak Kerja

14 Oktober 2024   11:22 Diperbarui: 14 Oktober 2024   16:11 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain cerita-cerita tentang makhluk gaib, metode penilaian orang yang berposisi sebagai supervisor (oknum) dan manajer (oknum) dalam dunia kerja juga merupakan sesuatu yang acap kali misterius. Pembelaan semisal "penilaian karyawan harus sesuai dengan prestasinya" adalah klise.

Prinsip "suka atau tidak suka" kerap mendominasi keputusan saat golongan oknum supervisor dan oknum manajer memberi skor kepada karyawan yang berada dalam "kuasa"-nya.

Saya pikir tidak di semua tempat seperti itu, namun setidaknya hal itu terjadi secara empiris kepada seorang rekan saya yang bernama Toin (nama samaran). Ia menceritakan banyak hal mengenai kisah di balik kontrak kerjanya yang tak diperpanjang oleh orang yang lebih berkuasa. Beberapa waktu lalu kami bertemu di sebuah warung kopi.

Toin adalah seorang pria yang berasal dari sebuah kabupaten di Kalimantan Barat. Kala itu saya dan dia bekerja di perusahaan yang sama di Kota Pontianak, bergerak pada bidang penyedia jasa akomodasi.

Ketimbang saya, Toin sebenarnya lebih cocok bekerja pada industri ini yang memerlukan pekerja dengan penampilan cetar membahana. Kulitnya putih bersih, hidung mancung, dan rapi. Ia memiliki semua kualifikasi yang dibutuhkan.

Sementara saya, barangkali, lebih mirip gelandangan yang disuruh pakai baju kemeja, celana kain, dan sepatu pantofel.

Kinerja dia selama ini juga tidak ada masalah, karena saya tahu persis apa yang dikerjakannya. Jika dipikir baik-baik, seandainya manajemen perusahaan ingin memecat atau tidak memperpanjang kontrak antara Toin dan saya maka seharusnya sayalah yang akan knocked out.

Kenyataan berbeda. Intinya dia dianggap kurang menjilat kepada oknum petinggi perusahaan, sehingga muncul anggapan Toin tidak termasuk karyawan yang loyal terhadap perusahaan.

Menurut Toin, dia sebenarnya sudah menandatangani kontrak kerja baru (belum ditandatangani kedua pihak), tetapi dengan alasan yang membingungkan akhirnya tidak terwujud apa yang seharusnya.

Perwakilan dari departemen personalia mengatakan bahwa Toin tidak dilanjutkan kontrak kerjanya karena kondisi Covid-19 yang membuat perusahaan harus melakukan efisiensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun