Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Renungan Pagi Hari tentang Menjadi Orang Tua

20 September 2024   08:29 Diperbarui: 20 September 2024   08:42 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Pagi ini saya merasa lumayan lesu. Bisa dibilang kurang bersemangat tanpa alasan yang jelas. Entah kebosanan apa yang sedang saya rasakan.

Seperti hari-hari biasanya, sejak subuh, saya dan istri memulai hari dengan menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah tangga sebelum saya pergi bekerja. Semua keperluan sekolah anak saya pun sudah beres. Baju kemarin yang tadinya kotor sudah tergantung rapi nan wangi di jemuran.

Sepertinya istri saya menyadari kalau ini hari saya banyak termenung. Dia bertanya ada apa. Saya menggeleng saja.

Kalau kata orang-orang, mungkin saya hanya lelah. Tapi tidak pula badan ini merasa letih. Biasa saja, masih sanggup beraktivitas.

Ketika istri sedang menyiapkan sarapan, sekitar pukul setengah enam pagi, saya berusaha merilekskan diri dengan duduk di permukaan sofa ruang tamu. Tak lama, samar-samar terdengar suara anak kecil yang menangis.

Ternyata itu adalah cucu dari seorang nenek yang saya kenal. Anak kecil berkulit putih itu sedang tantrum. Neneknya tampak kewalahan.

Ayah dan ibu dari anak kecil itu merupakan orang-orang yang berpendidikan. Mereka orang baik. Mungkin demi mencari rezeki yang lebih baik, mereka harus menitipkan anaknya kepada orang tua. Pemandangan seperti ini memang lazim muncul di dunia modern.

Inflasi merampok nilai penghasilan kita semua, sehingga para orang tua dari kelas pekerja harus ekstra keras memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kebetulan saya dan istri memang sudah berkomitmen, sesulit apa pun kondisi, kami berusaha untuk tidak menitipkan anak-anak kepada kakek-neneknya kecuali sangat darurat. Hal ini berarti ada lost opportunity secara ekonomi karena istri saya belum menghasilkan uang dari pekerjaan formal (kalau berjualan dari rumah, saya mempersilakan).

Tapi saya akan melakukan disclaimer dulu, ya. Saya tidak bermaksud menyamakan kondisi saya dengan orang lain. Sudah jelas bahwa kondisi ekonomi dan keluarga kita berbeda-beda. Beberapa di antara kita ada yang beruntung, dan yang sebagiannya lagi masih berusaha habis-habisan di luar sana. Hormat saya kepada kalian semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun