Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kegiatan Bedah Buku: Logika Keimanan, Karya Ahmad Ataka

30 Juni 2024   21:37 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:57 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

"Bagaimana menurut pendapat Anda pribadi tentang kubah yang menyelimuti bumi? Sehingga tidak ada satu pun dari kita yang sanggup pergi ke bulan. Apakah Anda percaya itu?" desak saya kepada Azrul Kiromil Enri Auni, S.T., M.Si.

Azrul Kiromil | Sumber Foto: Akun IG @azr_kirom
Azrul Kiromil | Sumber Foto: Akun IG @azr_kirom

Meski pertanyaan saya begitu nyeleneh, namun Bang Azrul tetap menjawabnya dengan sopan dan tenang. Orang berilmu memang beda, lihat saja deretan gelar keilmuan di belakang namanya itu, jauh berbeda dengan saya hanya bisa gelar tikar.

Menurutnya, jawaban dari pertanyaan itu terbentang di helai-helai kertas penelitian para ahli terkait. Jika kemudian mereka menyebutkan memang ada kubah bumi itu dengan bukti-bukti yang kuat, maka kita harus mengakui. Begitu pula jika sebaliknya. Harus fair!

Hal menarik lainnya adalah ketika saya menanyakan kemungkinan adanya sebuah teknologi teleportasi yang digunakan oleh seorang yang saleh ketika memindahkan singgasana Ratu Bilqis sekejap mata pada zaman Nabi Sulaiman 'alaihissalam.

"Apakah memungkinkan dalam konsep 'hukum akal' untuk membuka ruang diskusi tentang adanya teknologi teleportasi yang digunakan orang tersebut?"

Tenang saja wajah Ustaz Muhammad Kholid, M.pd. mendengar pertanyaan tersebut. Biasanya kalau saya bertanya seperti itu kepada yang lain, sudah siap tampaknya orang tersebut ingin menempeleng muka saya.

Menurut beliau, jika berpedoman kepada "hukum akal" tentu saja adanya teknologi yang saya sebutkan tadi adalah mungkin. Namun secara aktual, butuh pembuktian lebih lanjut dengan bukti-bukti yang amat kuat. Kira-kira begitulah jawabannya.

Sejumlah teman-teman yang saya tanyakan tentang hal ini, semuanya menjawab: tidak. Tetapi Ustaz Kholid, dengan keluasan ilmunya, memberikan pengetahuan bahwa kita harus mencermati lebih jauh tentang suatu informasi yang didapatkan.

M. Kholid | Sumber Foto: Akun IG @_mkholid_
M. Kholid | Sumber Foto: Akun IG @_mkholid_

Percakapan dengan dua orang hebat itu terjadi saat saya menghadiri kegiatan bedah buku yang berjudul "Logika Keimanan", karya Ahmad Ataka Awwalur Rizqi, S.T., Ph.D.

Agenda tersebut berhasil dilaksanakan, atas izin Allah subhanahu wa ta'alaa tentunya, berkat kerjasama Perpustakaan Rumah Adat Melayu, Institut Pemikiran dan Tamaddun Melayu (ITMAM), dan komunitas Kalbar Membaca.

Acara dimulai sekitar pukul 13.00 WIB (Sabtu, 29 Juni 2024), berlokasi di Perpustakaan Rumah Adat Melayu.

Sebelum acara dimulai, saya memperhatikan satu per satu orang yang datang. Meski belum jauh mengenal, saya bisa menebak siapa saja yang berasal dari ITMAM. Penampilannya khas pemuda-pemuda Islam yang sedang menuntut ilmu: pakaiannya terkesan biasa saja, kadang pakai peci, dan seringnya di antara mereka mengenakan jaket dalam kesempatan apa pun. Tidak selalu begitu, ya. Namun teman-teman saya yang berotak cemerlang, penampilannya memang mirip-mirip mereka.

Meski pakaiannya tidak termasuk dalam kategori "bermerek", tapi pendidikan mereka sangat mewah buat saya. Berbeda dengan sebagian pemuda di Kota Pontianak yang senang menunjukkan penampilan mewah, namun kalau diajak berpikir langsung keok. Pasti generasi Z menyebut saya: si paling berpikir! Terserah kalian sajalah. Hahahaha!

Saya yang hanya menempuh pendidikan sarjana merasa sangat minder ketika berkumpul dengan tim ITMAM yang rata-rata sudah menyelesaikan program magisternya.

Pengurus Perpustakaan Rumah Adat Melayu pada hari itu memberikan kepercayaan kepada saya agar dapat membacakan epilog sebagai penutup acara. Masalahnya, saya sangat larut dalam penjelasan dan pembahasan "mendudukkan relasi iman dan sains modern", sehingga tak banyak catatan yang saya buat kecuali pertanyaan-pertanyaan yang akan saya ajukan sebagai penambah ilmu pengetahuan.

Saat membacakan epilog saya merasa sangat keder. Tidak ada kemungkinan buat saya merasa tenang menyampaikan kesimpulan terhadap penjelasan dari orang-orang yang ilmunya lebih tinggi. Lain kali saya tidak mau dapat peran ini. Ngeri bos! Saya mau jadi peserta biasa saja, jadi bisa banyak bertanya.

Setelah selesai menyampaikan kesimpulan kegiatan, Ustaz Kholid memberikan komunitas Kalbar Membaca sebuah hadiah kenang-kenangan berupa piagam tanda kerja sama antar kelompok.

Foto Bersama ITMAM & Kalbar Membaca
Foto Bersama ITMAM & Kalbar Membaca

Maka segera kami melakukan sesi foto bersama dan menuntaskan kebersamaan. Hujan yang turun senja itu semoga menjadi berkah bagi siapa pun.

Ketika pulang menuju rumah, ada satu pernyataan dari Ustaz Kholid yang menurut saya menjadi sangat relevan, dan menjadi kebutuhan umat Islam di zaman ini.

Ustaz Kholid berkata, "Masalah pendidikan kita hari ini adalah mampu melahirkan saintis murni saja. Bukan saintis yang ulama. Pada masa lalu saintis mampu menjadi ulama."

Saya pikir memang, kita umat Islam membutuhkan orang-orang yang mumpuni dalam pengetahuan agama dan sains. Karena apa?

Karena tanpa ilmu pengetahuan tak mungkin kita bisa mengetahui hakikat Allah subhanahu wa ta'alaa.

Saya mendoakan generasi muda Islam selanjutnya punya otot yang kuat, otak yang cerdas, tulang yang keras, dan hati yang besar. Aaammiin!

Akhir zaman sudah dekat, bukan?

----

Dicky Armando, S.E.-Pontianak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun