Hal yang menarik dari penjelasan Pak Hasani Mubarok yang saya "tangkap" sore tadi adalah pada zaman sekarang, orang-orang lebih peduli "label" yang melekat ketimbang kepada manusia itu sendiri.
Misalnya ada dua orang berbeda, X dan Y. Mereka memiliki pekerjaan yang berbeda pula. X seorang penjual kodok di pasar, sementara Y adalah seorang pilot. Maka kebanyakan orang akan lebih menghargai atau "memuliakan" si Y, dan tidak terlalu menganggap keberadaan si X. Ini sering terjadi pada masyarakat zaman sekarang.
Kurang-lebih, begitulah kira-kira ilustrasi yang diberikan oleh narasumber. Saya sangat setuju dengan penjelasan beliau, dan berani memastikan bahwa gambaran tersebut adalah valid.
Kira-kira bagaimana pembuktiannya? Nanti coba cek ketika lebaran tahun depan, coba tebak pertanyaan keluarga atau teman-teman Anda. Hahaha! Tentu saja tidak semua begitu.
Terlepas dari tema dan pembahasan dari Pekan Filsafat, saya secara pribadi mengapresiasi setinggi-tingginya bagi para pengurus dan narasumber yang bersedia membagikan pengetahuannya secara gratis.
Saya pun tahu bahwa mereka sama sekali tidak mendapatkan uang satu perak pun ketika mengadakan kegiatan tersebut. Mereka bergerak dengan tulus. Mungkin boleh kalau dikatakan "dari hati".
Saya sebagai penikmat ilmu, juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kota Pontianak yang telah mengizinkan dan menyediakan tempat untuk belajar dan berdiskusi tentang keilmuan.
Sebagai informasi, bahwa tidak mudah menemukan forum seperti Pekan Filsafat yang dilakukan secara rutin untuk umum di Kota Pontianak.
Celakanya, kegiatan berkualitas seperti Pekan Filsafat masih terkesan kurang peminat. Padahal isinya, kalau kata anak zaman sekarang, daging semua.
Bisa saja memang filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang segmented, namun acara-acara serupa pun biasanya tak banyak menarik peserta. Kecuali kegiatan yang ketika pulang diberi amplop dan diselenggarakan di hotel. Kalau yang semacam itu pasti ramai yang minat.
Saya bertanya dalam hati: "Apakah Mobile Legend lebih menarik ketimbang menimba ilmu? Apakah ada yang salah pada pikiran sebagian pemuda di Pontianak?"