Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenangan dan Sesal yang Muncul Tatkala Hujan

13 Mei 2024   17:38 Diperbarui: 13 Mei 2024   17:50 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Beberapa waktu belakangan ini, warga Kota Pontianak mendapatkan rezeki berupa hujan. Biasanya kota ini sepanjang tahun memang sering diliputi hawa panas, maklum, dilewati garis khatulistiwa.

Saya yang termasuk nyctophile dan pluviophile tentu saja menyambut baik jika turun hujan rintik yang romantis itu, baik siang maupun malam.

Selain membuat udara lebih sejuk, rinai hujan mampu membawa sebagian orang ke alam imajinasi atau kenangan.

Buat saya, bahkan sebelum melihat air hujan, suara air yang jatuh pada atap itu sudah memberikan sensasi damai yang susah dijelaskan.

Saya membiarkan telinga ini menikmati "alunan" air hujan itu untuk beberapa saat. Setelahnya, barulah saya membuka jendela atau pintu untuk mengendus aroma hujan dan memanjakan mata dengan visual yang telah disediakan oleh alam secara gratis.

Bahkan di gang sempit sekalipun, bagi saya, hujan selalu terasa spesial. Ia membawa kehidupan, damai, kesedihan, dan kesunyian pada saat bersamaan.

Beberapa orang yang menyukai hujan menikmati momen dengan cara yang berbeda. Ada yang memilih tidur, ada pula yang mendengarkan lagu sembari memandangi keindahan dari balik jendela.

Saya biasanya mencari tempat sunyi di mana saya bisa merenung sambil minum kopi. Pada saat seperti itulah muncul pikiran-pikiran, kenangan-kenangan, penyesalan-penyesalan, amarah, dan semisalnya.

Kebanyakan penyesalan akan masa lalu yang muncul dalam benak saya di kala hujan. Tentang kegagalan-kegagalan yang seharusnya tak perlu terjadi.

Contoh, dalam dunia kerja, seharusnya saya berusaha lebih keras, mencoba lebih banyak ketika masih muda dulu. Bukan berarti saya tak bersyukur dengan keadaan sekarang. Alhamdulillah atas semua rezeki.

Namun memang tak bisa bohong, pikiran-pikiran semacam itu sering muncul ketika saya menikmati hujan. Menikmati kesedihan.

Saya memahaminya sebagai cara Allah subhanahu wa ta'alaa mengingatkan saya sebagai makhluk yang banyak keterbatasan.

Selain penyesalan, ide-rencana pun juga menghampiri kepala saya. Entah akan terwujud atau tidak, namun kita sebagai manusia tak boleh putus harapan.

Semakin deras hujan membasahi bumi, semakin banyak kenangan yang muncul. Ada keinginan bertemu lagi dengan teman-teman seperjuangan ketika masih sekolah.

Mungkin itu yang disebut "rindu".

Siapa pula yang tak kangen masa-masa indah pada masa lalu, dibandingkan betapa membosankan dan meresahkannya realita masa kini.

Menimbang dan mengingat masa sekarang yang tak bisa dibilang mudah, beberapa orang menyarankan kepada saya agar memperbanyak sholawat ketika turun hujan.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi, Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: Bertemunya dua pasukan, menjelang salat dilaksanakan, dan saat hujan turun."

Setelah merenungi hadis tersebut, maka semakinlah saya menunggu masa turun hujan. Penuh berkah dan anugerah. Saya merasa tidak salah menjadi seorang pecinta hujan.

Pada masa sekarang, ketika hujan, saya tak sekadar mengurai masa lalu dan merencanakan masa depan, namun juga mengikhlaskan apa yang telah lampau, kemudian mendoakan hari ini dan esok hari.

Bagi sebagian orang, hujan akan terus menjadi momen sakral di mana hanya dia dan isi pikirannya bertengkar sekaligus saling memaafkan.

Tapi tentu saja ada pula orang-orang yang menganggap hujan merupakan fenomena alam biasa. Hal normal, tiada perlu dibesar-besarkan.

Silakan, kita hidup dalam perspektif masing-masing. Tak masalah.

Bagi teman-teman yang beragama Islam, dianjurkan ketika turun hujan membaca: "Allahumma shayyiban naafi'aa."

Doa tersebut berasal dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang artinya: "Ya Allah, jadikan curahan hujan ini yang membawa manfaat kebaikan."

Pertanyaannya sekarang: "Apa yang Anda lakukan ketika hujan? Apakah hanya berteduh? Atau mungkin merayakan kepedihan saja?"

----

Dicky Armando, S.E.-Pontianak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun