Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Jumat, Renungan, dan Pertanyaan Besar dalam Sanubari

15 Desember 2023   21:20 Diperbarui: 15 Desember 2023   21:38 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

Bertahun-tahun lewat, baru saya teringat lagi tentang hari Jumat yang sangat istimewa. Artikel "Jangan Lupa, Awali Jumat Pagi dengan Zikir, Sarana Introspeksi Diri dan Keberkahan Rezeki" yang ditayangkan oleh kompas.tv pada tanggal  11 Agustus 2023, kembali membuat memori saya kembali awas bahwa hari Jumat merupakan "hari rayanya umat Islam".

Banyak keberkahan yang bisa didapat oleh umat Islam jika mempelajari dan menghayati keutamaan hari tersebut. Paling mudah yang bisa saya lakukan adalah menyambut hari Jumat dengan sukacita.

Sebelum melaksanakan salat Jumat, kalau pada masa lampau terkadang ogah-ogahan, sekarang saya berusaha mempersiapkan diri dengan baik. Kalau memungkinkan mandi dulu, kalau pun tidak berarti saya telah mengenakan pakaian yang baik sebelum "menghadap" Allah subhanahu wa ta'alaa.

Intinya sekarang ini saya berusaha melaksanakan apa yang sunah-sunah dari Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam. Maka tadi siang, 20 (dua puluh) menit sebelum azan, saya sudah siap sedia menyambut ritual salat Jumat.

Sampai pada sesi ceramah, khatib menyampaikan tentang tanda-tanda kiamat kecil yang sebenarnya kian terang di zaman sekarang. Ada sejumlah parameter yang disebutkannya, tapi yang paling saya ingat adalah tentang "orang-orang bodoh yang mengurusi urusan umat".

Usai salat selesai, perkataan khatib itu terus terngiang dalam pikiran saya. Tak tahu apakah penyebabnya karena topik tersebut sangat related pada zaman ini, atau barangkali ada hal lain. Entah.

Sepanjang perjalanan pulang dari masjid ke tempat kerja saya berpikir, jangan-jangan sudah banyak orang-orang bodoh yang menempati posisi penting. Saya mencoba menebak-nebak saja dalam hati, misalnya memasukkan tenaga kerja asing ketimbang anak bangsa. Apakah itu suatu kebodohan? Atau malah hal tersebut sesuatu yang membanggakan?

Dalam artikel "Tanda Kiamat: Orang Bodoh yang Diangkat Jadi Pemimpin" yang ditayangkan oleh hajinews.co.id pada tanggal 21 Januari 2023, ditulis mengenai sebuah hadis yang berkenaan dengan ceramah khatib siang tadi.

Perkataan Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhori: "Apabila amanah (kepercayaan) sudah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat." Kemudian orang dari suku badui Arab itu bertanya lagi: "Bagaimana menyia-nyiakannya?" Beliau bersabda: "Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya (bidangnya), maka tunggulah datangnya hari kiamat."

Masih terhubung dengan hadis tersebut, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa indikator kiamat adalah orang-orang bodoh menjadi pemimpin umat Islam, baik dalam salat maupun keseharian.

Imam an-Nawawi berkata, "Kalau mereka menjalankan ibadah dengan benar, mereka memperoleh pahala dan juga orang-orang yang mengikuti mereka. Tetapi jika mereka keliru, maka mereka saja yang menanggung dosa yang mereka lakukan."

Di artikel yang sama juga dijelaskan bahwa isyarat kiamat juga diikuti dengan munculnya pemipin-pemimpin zalim. Disebutkan dalam kitab karya Mahmud Rajab Hamady, bahwa tanda-tanda kiamat satu di antaranya bermunculan sistem pemerintahan diktator zalim, dan pemimpinnya sulit melihat kebaikan dan keburukan, semuanya tentang hawa nafsu.

Terbesit pertanyaan dari lubuk hati saya: "Apakah sebagian petinggi negara ini pernah menyia-nyiakan kepercayaan dari rakyatnya? Apakah sebagian dari pemangku kepentingan negara tercinta ini berasal dari kalangan berpengetahuan rendah? Apakah sebagian dari pesohor negara ini sudah melakukan kezaliman?

Dari pertanyaan-pertanyaan tadi saya mencoba menghilangkan penat dengan membaca berita-berita dalam negeri yang telah lalu. Bukannya luntur, malah semakin parah. Saya menemukan informasi-informasi tentang penggusuran warga dan hal-hal sejenisnya. Maka mengarahkan otak saya kembali bertanya: "Apakah keputusan yang diambil oleh oknum pejabat tersebut merupakan tindakan yang cerdas?"

Itu belum lagi ditambah kelakuan-kelakuan oknum anggota dewan legislatif yang tertidur saat rapat yang tentu saja dibiayai oleh uang rakyat. Mengecewakan! Parah betul! Kembalikan uang saya!

Hadis-hadis yang telah saya baca, sekarang menjadi cukup masuk akal jika mengambil sudut pandang sebagai rakyat jelata yang menonton sepak terjang yang katanya wakil rakyat terhormat di gedung sana. Saya benar-benar tidak tahu apakah mereka terpilih karena memiliki adab dan ilmu pengetahuan, atau karena banyak uang belaka. Tentu saja saya berharap mereka memiliki kapasitas yang memang dibutuhkan rakyat.

Akhirnya pertanyaan-pertanyaan dalam sanubari bermuara pada pertanyaan ini: "Orang seperti apa yang seharusnya dipercaya oleh rakyat jelata seperti saya?"

Jawabannya saya temukan di dalam Alquran, surah Hud, ayat 113: "Janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga api neraka menyentuhmu, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan."

----

Dicky Armando, S.E.--Pontianak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun