Cukup dengan melihat jam dinding, saya bisa tahu pasti bahwa Kota Pontianak pasti sedang terpapar suhu yang sangat panas. Perempuan berambut panjang sebahu itu tampaknya cukup berani menerjang cahaya mentari.
Saya kira dia sudah cukup lama menyisir kompleks-kompleks perumahan yang ada di sekitar sini. Wajahnya tampak lelah, bajunya yang berwarna hijau tampak agak basah akibat keringat.
Ketika itu saya agak sulit menebak dari perusahaan mana ia berasal, karena tiada tanda pengenal apa pun yang bisa menjadi petunjuk. Saya memperhatikan gerak-geriknya yang lincah. Sesekali ia berseru, "Permisi. Selamat siang!"
Suatu kenangan tiba-tiba menghinggapi, ketika saya masih menjadi seorang tenaga pemasaran jasa "gadai BPKB". Kurang-lebih seperti itulah, membagikan brosur ke sana-sini, dan berusaha bertemu orang-orang.
"Permisi. Selamat siang!"
Dia telah berdiri di pagar rumah saya sekarang. Saya baru saja bangun tidur (kebetulan hari libur). Kalau diperhatikan baik-baik, terlihat jelas keringat sebesar biji jagung di kulit wajahnya, berkali-kali ia menyeka.
Karena baru saja bangun tidur kepala saya masih terasa linglung, saya sempat kebingungan mencari kunci rumah. Setelah mendapatkannya, perempuan tadi telah lesap. Sepertinya setelah diabaikan oleh beberapa pemilik rumah, akhirnya semangat itu gugur.
Motivasi saya ingin menemuinya adalah karena selain ingin tahu produk, juga penasaran tentang lembaga apa yang masih memakai sistem door to door seperti itu di zaman ini. Apakah salah cara yang mereka pakai? Jawabannya: tergantung.
Namun dalam perspektif saya sebagai pekerja, menawarkan barang dagangan di lingkungan perkotaan, pada tahun 2023, merupakan sesuatu yang tak manusiawi.
Ya, saya masih teringat terakhir kali, kalau tak salah tahun 2016, dikejar anjing galak ketika sedang menyebar pamflet ke rumah-rumah.