Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasino Robinson, Bukti Keburukan Lebih Asyik

9 Oktober 2019   23:06 Diperbarui: 9 Oktober 2019   23:11 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

Beberapa hari lalu, saya memperhatikan beberapa orang yang membawa kotak sumbangan (untuk korban gempa kalau tidak salah) di beberapa titik lampu merah, Kota Pontianak. Sepertinya mereka mahasiswa, sedang melakukan kegiatan amal.

Saya sempat mencuri pandang ke arah dalam kardus yang mereka bawa, tak banyak isinya, bahkan terlalu sedikit untuk ukuran padat lalu lintas di sepanjang Jalan Ahmad Yani.

Sedikit-banyak isi kotak tersebut memang tidak menjadi ukuran mutlak tingkat kedermawanan suatu komunitas dalam suatu area. Terlalu singkat kita menyimpulkan suatu fenomena hanya dengan hitungan jam.

Tapi saya ingin memberikan satu contoh bahwa keburukan lebih mengasyikkan ketimbang kebaikan, dan dalam waktu yang terbilang singkat.

Kompas(dot)com merilis sebuah berita tentang sebuah kasino yang bertempat di Apartemen Robinson, lantai 29, Jakarta Utara. Tempat tersebut baru beroperasi selama tiga hari, namun sudah menghasilkan Rp 700 juta.

Para tersangka, akan dijerat Pasal 303 dan atau 303 BIS KUHP tentang Tindak Pidana Perjudian dengan ancaman hukuman penjara maksimal 10 tahun.

Sudah ... sudah ... jangan membandingkan dengan kasino di luar negeri. Kita ini di Indonesia! Memangnya Anda mau membangun negeri dengan hasil judi? Bagaimana mungkin negeri ini bisa berkelimpahan, jika dibentuk dari judi yang menyengsarakan banyak orang? Sekalian saja pelacur kau tarik pajak.

Ehm, maaf ... mari kita kembali ke substansi pembahasan ini. Coba perhatikan, coba saja Anda menjadi relawan di simpang lampu merah selama tiga hari, kemudian bandingkan hasilnya dengan omzet satu hari dari Kasino Robinson. Ada yang berani bertaruh sumbangan akan lebih besar jumlahnya?

Berdasarkan kasus itu, saya punya perspektif lain mengenai ungkapan "berbuat baik itu mudah". Untuk beberapa kondisi, bisa jadi benar, tapi dalam keadaan yang berbeda pula, kalimat tersebut tidak berlaku.

"Berbuat baik itu mudah bagi yang mau", saya lebih setuju dengan kalimat yang ini. Karena omzet sebanyak Rp 700 juta di Kasino Robinso itu, kalau para pejudinya mau memilih berbuat baik, maka uang mereka pasti sudah sampai di banyak panti asuhan, entah berupa tunai atau bahan makanan. Faktanya, mereka memilih mempertaruhkan uang sekaligus melawan hukum negara.

Bahkan sumbangan untuk rumah ibadahselama satu minggu (mungkin) belum tentu bisa menyaingi omzet tiga hari Kasino Robinson.

Inilah pertanyaannya: "Apakah masyarakat kita ini sedang baik-baik saja?"

Jawabannya tentu saja relatif, yang kaya pasti bilang "baik saja", kalangan menengah mungkin berkata "lumayanlah", dan kaum marjinal barangkali akan teriak "mulutmu!"

Saya berasumsi orang-orang yang berjudi di Apartemen Robinson merupakan kalangan menengah ke atas. Kalau kaum tersebut lebih memilih berjudi ketimbang sedekah, maka "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" masih jauh panggang dari api.

Boleh saja kita katakan bahwa ada usaha-usaha untuk tetap mempertahankan "hierarki" sosial, supaya tetap berbeda secara ekonomi.

Di tengah masyarakat yang ingin berbeda dan tampak "wah", kita semua punya tugas berat untuk konsisten berbuat baik. Karena berbuat baik ini pada hakikatnya suatu usaha untuk menyamakan keadaan agar orang lain menjadi lebih baik, atau lebih ringan penderitaannya. Sayangnya, kita semua berlomba untuk tampak "lebih enak" daripada "menjadikan orang lebih baik". Tidak percaya? Coba buka Instagram Anda sekarang.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Sedekah tidak mengurangi harta." Sungguh amalan yang mudah, tapi belum tentu orang yang mengaku dirinya muslim pun mau melakukannya.

Sebagai contoh, saat menulis karya ini, saya bertanya kepada diri sendiri, "Sudahkah Anda bersedekah dalam minggu ini?"

Terdiam, saya mulai mengingat dan menghitung. Oh ... ternyata tidak ada sedekah yang saya lakukan. Bagaimana dengan Anda? Bukankah kebaikan itu sebenarnya susah dilakukan? Hehe.***

Dicky Armando, S.E.-Pontianak

Sumber bacaan: 

1. "Detik-detik Penggerebekan Kasino di Apartmen Robinson, Pemain Judi Berhamburan Keluar". 2019. Web. 9 Oktober 2019. megapolitan.kompas.com 

2. Tuasikal, M.A. "Sedekah Tidaklah Mengurangi Harta". 2010. Web. 9 Oktober 2019. rumaysho.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun