Inilah pertanyaannya: "Apakah masyarakat kita ini sedang baik-baik saja?"
Jawabannya tentu saja relatif, yang kaya pasti bilang "baik saja", kalangan menengah mungkin berkata "lumayanlah", dan kaum marjinal barangkali akan teriak "mulutmu!"
Saya berasumsi orang-orang yang berjudi di Apartemen Robinson merupakan kalangan menengah ke atas. Kalau kaum tersebut lebih memilih berjudi ketimbang sedekah, maka "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" masih jauh panggang dari api.
Boleh saja kita katakan bahwa ada usaha-usaha untuk tetap mempertahankan "hierarki" sosial, supaya tetap berbeda secara ekonomi.
Di tengah masyarakat yang ingin berbeda dan tampak "wah", kita semua punya tugas berat untuk konsisten berbuat baik. Karena berbuat baik ini pada hakikatnya suatu usaha untuk menyamakan keadaan agar orang lain menjadi lebih baik, atau lebih ringan penderitaannya. Sayangnya, kita semua berlomba untuk tampak "lebih enak" daripada "menjadikan orang lebih baik". Tidak percaya? Coba buka Instagram Anda sekarang.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Sedekah tidak mengurangi harta." Sungguh amalan yang mudah, tapi belum tentu orang yang mengaku dirinya muslim pun mau melakukannya.
Sebagai contoh, saat menulis karya ini, saya bertanya kepada diri sendiri, "Sudahkah Anda bersedekah dalam minggu ini?"
Terdiam, saya mulai mengingat dan menghitung. Oh ... ternyata tidak ada sedekah yang saya lakukan. Bagaimana dengan Anda? Bukankah kebaikan itu sebenarnya susah dilakukan? Hehe.***
Dicky Armando, S.E.-Pontianak
Sumber bacaan:Â
1. "Detik-detik Penggerebekan Kasino di Apartmen Robinson, Pemain Judi Berhamburan Keluar". 2019. Web. 9 Oktober 2019. megapolitan.kompas.comÂ