Saya lihat lagi ke arah belakang, peserta tertunduk syahdu, bukan karena apa, melainkan sibuk dengan gadget masing-masing. Beginilah kalau hak asasi manusia ditegakkan tidak pada tempatnya.
Dikutip dari suara(dot)com, satu dampak buruk gadget bagi remaja adalah kelainan postur tubuh. Terlali asyik chatting, bisa membuat tubuh bungkuk dan beresiko membuat jari kelingking bengkok. Ironisnya, kebanyakan peserta diskusi ini memang remaja.
Diskusi keilmuan yang sangat mencerahkan ini dinodai dengan gaya-gaya kekinian yang bersembunyi di balik hak asasi manusia. Saya benci itu. Seperti tidak menghargai narasumber yang sudah mengorbankan waktu dan tenaga untuk menyukseskan acara.
Untunglah, kemudian dua orang akademisi maju ke panggung memberikan pandangannya tentang isi buku tersebut. Saya merasa terhibur. Informasi yang baik adalah vitamin bagi otak semua insan.
Sejatinya, saya tak merasa puas dengan diskusi keilmuan kali ini. Kuantitas pengunjung tidak diimbangi dengan kualitas serta rasa menghargai. Mungkin itu substansi sebenarnya, di mana gadget adalah media untuk menunjukkannya.
Apakah saya pengguna gadget?
Ya, tentu saja, tapi bukan tipe pengguna yang menghancurkan suasana. Setidaknya gadget saya berguna sebagai penunjuk waktu kapan saya harus pulang ke rumah.
****
Pontianak, 13 Juli 2019
(Dicky Armando)
---