"Apa hal yang kau sukai di dunia ini?" Anggap saja ada yang bertanya seperti itu. Jawaban saya adalah: "Segala sesuatu yang berguna ... dan gratis."
Oleh karenanya, kalau tidak salah ingat, sekitar bulan Februari 2019---lupa tanggal berapa---saya mengikuti seminar gratis di Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (KP BEI) di Pontianak, Jalan Perdana, Komplek Central Perdana.
Tapi kala itu cukup kuat alasan mengikuti kegiatan tersebut. Saya ingin berinvestasi, sehingga di masa tua nanti, tidak merepotkan siapa pun. Jadi awalnya tidak ada niat untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), atau apalah namanya.
KP BEI menggandeng satu perusahaan sekuritas yang kantornya tak terlalu jauh dari lokasi seminar.
Diawali kata pengantar dari perwakilan BEI, membuka wawasan sekitar empat puluh orang peserta dalam suatu ruangan yang cukup luas di lantai dua. Kemudian disambung teknis dan pembuatan akun untuk kelancaran jual-beli saham dan reksadana oleh utusan dari perusahaan sekuritas.
Saya setuju dalam penjelasan mereka, bahwa untuk mengalahkan laju inflasi, budaya menabung---suka tak suka---harus bergeser, dari menabung biasa menjadi menyimpan saham. Tentunya bagi yang tak punya waktu, reksadana adalah pilihan tepat.
Jujur, saya tidak mengetahui apa itu SSK. Ketika menulis esai inilah baru terkuak apa artinya: suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien, serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal, sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
"Jadi pada dasarnya apa yang membuat kegiatan investasi saya berguna untuk menjaga SSK? Bukannya hanya menambah kekayaan diri saja?"
Itu pertanyaan yang terbesit dalam pikiran saya. Syukurlah Kompasiana mengadakan lomba ini, membuat saya menggali lebih jauh perihal SSK. Terima kasih Kompasiana! Biarkanlah saya menang dan dapat emas batangan!
Dikutip dari bi(dot)go(dot)id, terdapat lima strategi untuk menjaga sistem keuangan. Pertama, memperkuat dan memperluas cakupan surveilans makroprudensial guna mengidentifikasi lebih dini sumber tekanan.
Kedua, melakukan identifikasi dan pemantauan risiko sistemik dengan menggunakan Balance Set of Systemic Risk.