Penelitian dari satu grup ilmuwan Jerman tentang perilaku pada kera Jantan---dengan karakteristik paling sempurna---yang diletakkan dalam kelompoknya. Hasilnya menunjukkan tingkat stres yang dialami kera jantan tersebut lebih rendah daripada disatukan dengan keluarga atau pasangannya.
Begitu kurang-lebih isi sebuah artikel dari viva(dot)com yang saya baca, dalam rangka mencari perspektif tentang pria berkeluarga yang sangat sering kongko di warung kopi bersama teman-temannya yang belum menikah.
Menarik, ada pembenaran---untuk kasus terlalu sering kongko bagi pria berkeluarga---dari sumber tersebut, dan tentu saja ada angin segar buat saya sebagai pembelaan---kepada istri---jika suatu hari pergi ngopi bersama teman-teman. Hahaha!
Tapi kalau dipikir lagi, saya tidak mau disamakan dengan kera, apalagi makhluk itu juga tak akan tahu pusingnya kepala kalau tarif listrik naik, atau air leding macet. Maka, saya memutuskan untuk mengabaikan saja penelitian tersebut. Kondisi lingkungan saya tinggal tidak memungkinkan seseorang pria bertindak seperti kera.
Sebelumnya saya ingin menyempitkan pembahasan, hanya terbatas pada seorang pria berkeluarga yang telah memiliki pekerjaan (pergi kerja jam delapan pagi, pulang jam empat sore), dan hampir tiap hari kongko dengan rekan-rekannya di warung kopi sampai larut malam, meninggalkan anak-istrinya di rumah.
"Memangnya salah?"
Perspektif tentu saja berbeda. Beberapa teman saya memang menjadikan warung kopi (warkop) sebagai "kantor", dikarenakan setelah bekerja formal, ia berjualan batu akik demi menopang perekonomian keluarganya. Ada juga rekan-rekan saya yang sering nongkrong di warkop sambil menjual buku-buku. Nah ... bukan karakteristik seperti ini maksudnya. Jangan salah sangka. Selama kegiatannya produktif, maka tidak termasuk dalam pembahasan.
Dikutip dari fimela(dot)com, ternyata seseorang yang lebih senang menghabiskan waktu dengan teman-temannya merupakan satu indikator bahwa ia sedang tidak bahagia.
Terlepas dari siapa yang salah, baik suami atau pun istri, keduanya memang harus introspeksi diri. Tapi intinya adalah seorang pria berkeluarga yang terlalu sering kongko di luar dengan teman-temannya itu tidak sedang baik-baik saja.
Ini saya amati dari dari beberapa orang yang setelah seharian bekerja di kantor, seharusnya banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, tapi kenyataannya sangat sering menghabiskan waktu di warung kopi dengan kegiatan yang tidak produktif. Parahnya, teman-temannya itu belum menikah semuanya.
Saya berpikir positif, mungkin istri dan anaknya adalah makhluk penyabar. Tapi selalu ada kemungkinan kedua: istri dan anaknya sudah tak peduli lagi dengan orang itu. Bisa jadi, bukan?
Tidak adil juga kalau hanya menyalahkan pihak laki-laki. Saya mengutip dari parenting(dot)orami(dot)co(dot)id, bahwa satu faktor penyebab suami lebih senang berkumpul dengan teman-temannya dikarenakan suasana di rumah tidak meyenangkan. Misalnya istri sering marah-marah, rumah tak terurus dengan baik, dan sejenisnya.
Sampai tahap ini, memang peran suami-istri harus seimbang dalam kehidupan rumah tangga, dan itu berarti satu di antaranya memang tidak boleh sering-sering kongko di warkop sampai larut malam, kecuali ada keperluan mendesak.
Suami-istri juga diharapkan menghindari perdebatan, karena di saat yang tidak tepat, hal itu hanya memperkeruh suasana. Ini menarik, karena ada satu hal yang sangat mirip pada pria-pria berkeluarga yang sering kongko meningggalkan keluarganya sampai larut malam: senang berdebat, dan sering berkata hal-hal yang tidak penting.
Benar, apa yang saya jelaskan tadi harus diteliti lebih lanjut secara ilmiah, namun dalam lingkungan kecil pergaulan, saya menemukan persamaan itu benar adanya.
Satu lagi ciri suami yang tak peduli pada istrinya adalah dia tak mau membantu si istri. Dikutip dari merdeka(dot)com, beberapa contoh misalnya: tidak mau membantu dalam pekerjaan rumah tangga, sementara istri banting tulang.
Jadi, sekali lagi, saya tidak mengatakan bahwa pihak pria yang salah. Tapi percayalah, akar masalah tak akan selesai jika si suami terlalu sering kongko di warkop, sehingga tak ada waktu untuk menyelesaikan masalah berdua.
Tapi kalau ada yang bertanya tentang apa persisnya yang saya pikirkan tanpa teori-teori yang ada mengenai "pria berkeluarga yang terlalu sering kongko di warkop", maka saya akan menjawab: "Itu sangat tidak wajar dan kurang beretika."
****
Pontianak, 1 Juli 2019
(Dicky Armando, S.E.)
---
Referensi:
1. Carla. "Jika Suami Lebih Senang Berkumpul dengan Teman-Temannya, Ini yang Harus Dilakukan Istri". 2019. Web. Diakses tanggal 1 Juli 2019. parenting.orami.co.id
2. Zika. "5 Ciri Suami yang Tak Peduli Pada Istrinya". 2016. Web. Diakses tanggal 1 Juli 2019. merdeka.comÂ
3. "5 Tanda Ternyata Suami Anda Tidak Bahagia". 2013. Web. Diakses tanggal 1 Juli 2019. fimela.com
4. "Ladies, Jangan Larang Pria Kumpul dengan Temannya." 2014. Web. Diakses tanggal 1 Juli 2019. viva.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H