Mohon tunggu...
Herdian Armandhani
Herdian Armandhani Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Kalau Tidak Mampu untuk Menjadi Pohon Beringin yang Kuat untuk Berteduh, Jadilah Saja Semak Belukar yang Sisinya Terdapat Jalan Setapak Menuju Telaga Air

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jenguk dan Rawat Nenek Ubud, Komunitas KNB Berbagi Kebahagiaan

12 Februari 2019   21:22 Diperbarui: 12 Februari 2019   21:29 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Denpasar (Bali) -- Di usia senjanya, Ni Wayan Lepug (85 tahun) Asal Ubud, Kabupaten Gianyar harus hidup sebatang kara tanpa ditemani oleh keluarganya. Anak satu-satunya telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Cucunya kandung Nenek Ubud sudah setahun belakangan tidak pernah menjenguknya kerumah mungil berukuran 3x3 meter di Jalan Gatotkaca Gang Buntu Denpasar.

Ni Wayan Lepug atau akrab disapa Nenek Ubud dahulu saat masih sehat berprofesi sebagai pedagang buah Salak di Pasar Badung. Ia mulai berjualan dari tahun 1951 hingga suatu musibah terjadi menyebabkan pingganggya separuh mati rasa dan susah untuk duduk secara normal.

(Sumber Foto : Dok Pri)
(Sumber Foto : Dok Pri)
Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari ia mengandalkan belas kasihan tetangga ataupun dermawan yang mengetahu nasibnya. Kondisi rumah mungil Nenek Ubud bisa dikatakan tidak sehat. Rumah mungil ini tidak begitu terawatt dan penuh debu. Jika musim hujan datang, rembesan dan tetesan bocor menjadi tak terbendung.

(Sumber Foto : Dok Pri)
(Sumber Foto : Dok Pri)
Mengetahui kondisi Nenek Ubud yang sangat memprihatinkan, Komunitas Ketimbang Ngemis Bali menggagendakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan menjenguk dan merawat Nenek Ubud secara sukarela seminggu dua kali yakni setiap hari selasa dan sabtu. Tim Komunitas Ketimbang Ngemis Bali  membagi diri menjadi dua kelompok.

Dimana masing-masing kelompok akan melakukan piket untuk merawat Nenek. Saat disambangi tim Komunitas Ketimbang Ngemis Bali pada hari Selasa (12/2/2019), Nenek Ubud sedang rebahan di ranjang usangnya.

(Sumber Foto : Dok Pri)
(Sumber Foto : Dok Pri)
Ia pun tergopoh-gopoh bangkit menyambut relawan Komunitas Ketimbang Ngemis Bali. Nenek Ubud cara berjalannya sudah tidak normal dan (maaf) membungkuk sambil berpegangan pada benda disekelilingnya,

Relawan Komunitas Ketimbang Ngemis Bali membawakan sarapan bubur ayam hangat untuk disantap pagi itu. Sedangkan relawan yang lain ada yang merapikan ranjang Nenek Ubud istirahat, mencuci gelas dan piring, serta mengajak Nenek Ubud mengobrol. Beberapa tim juga ada yang membelikan lauk pauk Nenek saat makan siang. Nenek Ubud begitu senang ada yang memperhatikannya.

"Odah (red: sebutan nenek dalam bahasa Bali) tidak dapat membalas kebaikan adik-adik sekalian" ucapnya sambil berkaca-kaca.

(Sumber Foto : Dok Pri)
(Sumber Foto : Dok Pri)
Ketua Project Kunjungan ke Nenek Ubud , Ayu Zulalina mengatakan bahwa kegiatan yang mereka lakukan semata-mata untuk membahagiakan Nenek sehingga bisa hidup lebih layak.

"Mudah-mudahan kegiatan sederhana kami bisa membuata hati nenek senang. Kami mengaisihi dan merawat beliau seperti Nenek kami sendiri. Setidaknya apa yang kami lakukan bisa membuat kehidupan nenek menjadi lebih layak" ungkapnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun