Denpasar (Bali) -- Di usia senjanya, Ni Wayan Lepug (85 tahun) Asal Ubud, Kabupaten Gianyar harus hidup sebatang kara tanpa ditemani oleh keluarganya. Anak satu-satunya telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Cucunya kandung Nenek Ubud sudah setahun belakangan tidak pernah menjenguknya kerumah mungil berukuran 3x3 meter di Jalan Gatotkaca Gang Buntu Denpasar.
Ni Wayan Lepug atau akrab disapa Nenek Ubud dahulu saat masih sehat berprofesi sebagai pedagang buah Salak di Pasar Badung. Ia mulai berjualan dari tahun 1951 hingga suatu musibah terjadi menyebabkan pingganggya separuh mati rasa dan susah untuk duduk secara normal.
Dimana masing-masing kelompok akan melakukan piket untuk merawat Nenek. Saat disambangi tim Komunitas Ketimbang Ngemis Bali pada hari Selasa (12/2/2019), Nenek Ubud sedang rebahan di ranjang usangnya.
Relawan Komunitas Ketimbang Ngemis Bali membawakan sarapan bubur ayam hangat untuk disantap pagi itu. Sedangkan relawan yang lain ada yang merapikan ranjang Nenek Ubud istirahat, mencuci gelas dan piring, serta mengajak Nenek Ubud mengobrol. Beberapa tim juga ada yang membelikan lauk pauk Nenek saat makan siang. Nenek Ubud begitu senang ada yang memperhatikannya.
"Odah (red: sebutan nenek dalam bahasa Bali) tidak dapat membalas kebaikan adik-adik sekalian" ucapnya sambil berkaca-kaca.
"Mudah-mudahan kegiatan sederhana kami bisa membuata hati nenek senang. Kami mengaisihi dan merawat beliau seperti Nenek kami sendiri. Setidaknya apa yang kami lakukan bisa membuat kehidupan nenek menjadi lebih layak" ungkapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H