Bangli (Bali) -  Di usia senjanya Nenek Kerta, warga Banjar  Payuk, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali hanya bisa duduk dan berbaring untuk melakukan aktifitas sehari-harinya.
Nenek Kerta tinggal di sebuah Gubuk yang bisa dikatakan tidak layak diatas sebuah Bukit yang sekelilingnya terdapat sawah milik warga sekitar. Kejadian tabrak lari sepuluh tahun lalu saat berjualan minyak kelapa ke Pasar membuat ruang geraknya terbatas.
Gubuk yang mereka tinggali pun saat musim hujan tiba banyak bocor dimana-mana. Nenek Kerta juga tidur beralaskan kain seadanya buka tidur di kasur yang empuk seperti masyarakat kebanyakan.
Usai tiba di Pura Puseh di Banjar Payuk mengendarai kendaraan roda dua para anggota dan relawan KNB harus berjalan selama 20 meni melewati jalan setapak untuk menuju kediaman Nenek Kerta.
Mereka harus melewati jalan setapak, menemui jurang yang terjal serta naik ke atas perbukitan dan persawahan. Anggota dan relawan KNB bergotong royong membawa donasi dan bingkisan untuk Nenek Kerta meskipun medan begitu ekstrim.
Adapun bantuan yang dibawa oleh Komunitas KNB amanah dari para dermawan diantaranya  selimut, sarung kemben Bali, baju , minyak telon,  kaos kaki, makanan yang bisa bertahan lebih dari 1 bulan seperti abon ikan, lampu tenaga surya untuk penerangan, uang donasi, dan makan siang untuk Nenek Kerta.
Meski sudah uzur, Nenek Kerta dapat berinteraksi dengan anggota Komunitas KNB dengan bahasa Balinya yang begitu kental meski terbata-bata. Raut wajah Nenek Kerta tergambar bahwa dahulu ia merupakan sosok wanita pekerja keras.
Made Mustika, anak kandung Nenek Kerta sangat bersyukur dan bahagia Komunitas KNB Â memperhatikan nasib ibunya.
"Matur suksma (red : ucapan terimakasih dalam bahasa Bali) ibu saya diperhatikan, semoga kebaikan adek-adek dibalas Ida Sang Hyang Widhi Wasa" ucapnya lirih.