Hal-hal yang berbau klenik dan mistis seringkali masih dipercayai oleh sebagian masyarakat kita di Indonesia. Padahal teknologi sudah semakin canggih. Ilmu kedokteran sudah berkembang pesat. Dari yang awalnya dirasa tidak mungkin saat ini bisa diwujudkan misalnya bila seseorang yang belum dikaruniai momongan karena sudah menikah sejak bertahun-tahun. Kepesatan perkembangan ilmu pengetahuan mampu menciptakan sesuatu yang selama ini dirasa sangat mustahil. Berbicara sesuatu yang berbau klenik dan mistis mungkin banyak orang yang memiliki pengalaman unik mengenai hal-hal di luar ilmu pengetahuan manusia. Praktek santet, pellet, perdukunan, ilmu kebal, anti bacok, ilmu kedigdayaan, pelaris agar dagangannya cepat laku, susuk agar terlihat rupawan terasa masih kental ada dijual jasanya di daerah-daerah Indonesia baik itu secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Jika tak percaya tengoklah majalah-majalah yang menawarkan jasa berbau mistis tersebut. Semua lengkap ditawarkan disana dengan sejumlah mahar (biaya) mulai dari kantong tipis sampai ekstra tebal.
Penulis sendiri memiliki pengalaman klenik dan mistis dengan tetangga penulis. Tak jauh 500 meter dari kediaman penulis terdapat sebuah warung makan nasi campur yang buka 24 jam. Nama toko nasi camput tersebut sebut saja warung Harmoni. Warung Harmoni ini pemiliknya adalah seorang wanita paruh baya bernama Ibu Leny (bukan nama sebenarnya). Warung makan nasi campur ini dibuka tahun 2010. Ibu Lenny sendiri merupakan istri tidak sah bapak Wagimun (bukan nama sebenarnya). Penulis tidak terlalu memperdulikan urusan rumah tangga Ibu Lenny karena disini penulis bercerita mengenai keanehan warung Ibu Lenny. Nah, apabila Bunda penulis tidak memasak di rumah penulis akan membeli lauk dan nasi di warung Ibu Lenny. Warung Ibu Lenny menyediakan berbagai lauk-pauk seperti ayam goreng, tongseng sayur, mie goreng, lele goreng, hati ampela, sayur bayam, dan lain sebagainya.
Saat berada di warung Bu Lenny ketika Bunda penulis tidak memasak untuk membeli masakan disana, di atas pintu warung tersebut terlihat buntalan kecil berbentuk segi empat. Setelah diperhatikan dengan seksama buntalan kecil berbentuk segi empat itu terbungkus kain kafan (mori). Sempat penulis bertanya kepada Bu Lenny, tapi ia hanya tersenyum dan mengatakan itu hanya untuk menolak bala. Tapi masa iya? Di warung Bu Lenny juga ada hiasan kaligrafi berbahasa arab. Namun, tulisan dikaligrafi tersebut sedikit ganjil. Jika lafadz Syahadat seharusnya Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah, namun yang penulis baca disana kata illallaah tidak ada. Satu lagi yang paling aneh di warung ini, apabila kita menyantap makanan yang dipesan dan langsung makan disana yang terjadi rasa makanan tersebut sangat enak sekali. Sedangkan apabila kita membawanya ke rumah, rasa makanan tersebut menjadi hambar dan tanpa rasa. Meskipun demikian , warung ini selalu ramai dan tak pernah sepi. Mungkinkah Ibu Lenny menggunakan hal-hal yang berbau klenik dan mistis untuk membuat laris warungnya? Penulis mengetahui hal-hal ganjil yang telah dipaparkan tadi sejak saat itu sudah tidak pernah membeli masakan di warung Bu Lenny. Hanya Tuhan yang tahu apakah Ibu Lenny menngunakan hal-hal diluar ajaran agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H