Mohon tunggu...
Herdian Armandhani
Herdian Armandhani Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemuda yang Ingin Membangun Indonesia Melalui Jejaring Komunitas

Kalau Tidak Mampu untuk Menjadi Pohon Beringin yang Kuat untuk Berteduh, Jadilah Saja Semak Belukar yang Sisinya Terdapat Jalan Setapak Menuju Telaga Air

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Secuil Kisah Intepretasi Masa Depan Melalui Kartu Tarot

17 Desember 2012   13:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:28 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13557511681241994831

[caption id="attachment_222272" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi kartu tarot (Sumber : www.unik-go.blogspot.com)"][/caption] Pada pertengahanmedio bulan Agustus 2012, saya bersama kawan saya Silvia Mareta berkesempatan mengunjungi sebuah event pameran fashion untuk anak muda di sebuah Mall yang sering menjadi tempat tongkrongan anak muda di kota Denpasar. Berbagai t-shirt, sepatu, dan jeans berjajar rapi memanjakan mata pengunjung yang ramai berdatangan. Alunan musik dari salah satu band penghibur menjadi daya tarik pelengkap event malam minggu di lantai dua kala itu. Banyak hal menarik disana, namun dari semua yang ada di event pameran tersebut ada stand yang sekiranya menurut kami berdua sangat ramai. Stand meramal kartu tarot.

Tarot adalah sekelompok kartu berjumlah 78 lembar yang umumnya digunakan untuk kepentingan spiritual atau ramalan nasib. 22 kartu disebut Arcana Mayor dan 56 kartu disebut Arcana Minor. Kartu Tarot tersusun oleh 78 kartu yang terbagi dalam dua kelompok yaitu Major Arcana dan Minor Arcana. “Wah, menarik nih dhan, coba yuks,itung-itung iseng berhadiah,kali aja bermanfaat”. Kata temanku dengan mimic penasaran. Akhirnya kami berdua pun mengante untuk ikut diramal dengan kartu tarot oleh si peramal tarot.

Kami berdua dikenakan biaya Rp 20.000 per orang. Jadi, total malam itu untuk sekedar diramal dengan kartu tarot kami merogoh kocek Rp 40.000. Assisten peramal tersebut menjelaskan bahwa kami berdua diramal kurang lebih selama lima belas menit. Masing-masing dari kami diijinkan bertanya ke peramal tersebut dengan tiga buah pertanyaan entah karir, jodoh, studi perkuliahan,masa depan dan pengalaman “horror”.

Aku mengijinkan kawanku untuk masuk duluan baru kemudian aku. Tempat meramal dengan kartu tarot tersebut hanya dibatasi kain yang digantungkan dengan tali. Si peramal sedikit terlihat samar-samar dengan sebuah meja kecil bundar dan kursi kayu. Aku tidak terlalu mendengarkan apa yang ditanyakan temanku karena asyik membalas pesan blackberry messenger di kursi ruang tunggu. Namun,samar-samar aku mendengar kawankuku menanyakan perihal jodohnya. Di akhir prosesi peramalan, kawanku baru menceritakan bahwa jodohnya sesuai petunjuk dari kartu tarot, dikatakan jodohnya merupakan orang dekatnya.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Raut wajah kawankuku saat selesai diramal sedikit gembira. Giliran diriku yang diramal. Apakah akan gembira seperti kawanku? Pikirku dalam hati. Begitu masuk kedalam tirai aku mulai memperkenalkan diri. Begitupun si peramal. Ia bernama Tegar dan berstatus mahasiswa didalah satu PTS di Denpasar. Ia kemudian mulai mempersilahkan aku mengocok kartu tersebut dan ia menebarkan kartutersebut di meja kecil bundar. Aku mengajukan pertanyaan pertama. Siapa jodohku yang akan menjadi pendampingku kelak? Si peramal memintaku mengambil satu kartu tebaran. Ia mulai membaca. Menurut intepretasinya jodohku akan kutemui ditempat kerja kantor kelak setelah aku lulus kuliah. Benarkah? Bisikku dalam hati. Pertanyaan kedua, bagaimana kondisi kesehatanku ke depan? Sekali lagi ia memintaku mengambil satu tebaran. Gurat wajahnya sedikit serius membaca kartu tarot miliknya. Ia mulai mengatakan bahwa kondisi kesehatnku kedepannya hanya sedikit akan terkena flu. Wah,untung saja. Kupikir ia akan mengatakan hal yang sangat mengerikan. Pertanyaan terakhir dariku. Gimana nih masalah skripsiku lancer apa nggak ke depannya? Ia pun memintaku memilih kembali satu tebaran kartu. Sedikit deg-degan. Dan kemudian ia menjawab. “Masalah skripsi lancer tetapi agak tersendat,namun tergantung dari kamunya yang menjalani” tutupnya diakhir prosesi peramalan.

Malam itu kami berdua mengambil hikmah dari proses peramalan menggunakan kartu tarot. Kartu tarot hanyalah sebuah kartu yang mengintepretasikan sesuatu. Masa depan bisalah berubah sesuai dengan yang kita inginkan. Tetapi dialik semua itu Tuhanlah yang mengatur semua proses perjalanan kehidupan seseorang. Kami berdua tidak seratus persen percaya akan ramalan tersebut, yang pasti kami berdua menjadi lebih optimis didalam menjalani hidup. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun