Penulis memiliki seorang teman bernama Raka yang tahun 2014 ini baru lulus dari sebuah Universitas di kota kelahirannya. Raka kebetulan ingin mencoba keberuntungannya mencari lowongan kerja sebagai pegawai negeri sipil. Raka menganggap bila ia menjadi seorang pegawai negeri sipil maka masa depannya tidak akan suram. Karena menurut penuturan Raka menjadi pegawai negeri sipil akan mendapatkan gaji ketiga belas dan saat pensiun akan mendapatkan janminan gaji masa tua yang cukup. Apabila ia nantinya berkeluarga maka istri dan anaknya akan mendapatkan jaminan kesehatan yang memadai. Apalagi masa pensiun pegawai negeri sipil yang sebelumnya di usia 55 tahun akan diperpanjang menjadi 58 tahun. Berbeda dengan masa pensiun jika bekerja di perusahaan perbankan dan swasta yang akan pensiun di usia 55 tahun. Sebuah tawaran yang menggiurkan bagi setiap calpn pencari kerja yang fresh graduate.
Raka pun mendaftar secara online di web cpns yang telah diinformasikan di situs kementrian aparatur negara. Saat itu Raka mendaftar di Kementrian Keuangan dan harus memilih 3 formasi jabatan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Ia juga sudah mengunggah soft copy ijazah dan transkip nilai dalam bentuk pdf. Setelah semua berkas lengkap dan ia isi kemudian Raka mendapatkan nomor registrasi. Raka memilih tempat lokasi tes di Surabaya karena dekat dengan kampung halamannya. Seminggu kemudian Raka membuka situ kementrian keuangan untuk mengetahui jadwal dan lokasi ia akan mendapatkan nomer ujian.
Raka sangat kaget sekali, sebabnya total pelamar di Kementrian Keuangan untuk lokasi tes di Kota Surabaya menyentuh angka 5000an peserta. Belum lagi di lokasi tes kota lain yang ada tersebar di 5 Kota besar di Indonesia. Tahapan tes pun ada sistem eliminasi dan sangat panjang. Dari Kota Surabaya sendiri berdasarkan urutan usia tahun pelamar yang paling tua adalah kelahiran tahun 1993 dan yang paling tua adalah kelahiran tahun 1986. Mudah-mudahan saja teman penulis ini bisa lolos untuk tes cpns dan tidak berkecil hati apabila nantinya ia harus berhenti disalah satu tahap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H