Hari terakhir liburan di Kota Surabaya kembali penulis manfaatkan untuk jalan-jalan ke destinasi pariwisata yang berada di Pusat Kota. Karena penulis pada sore hari harus kembali ke Kota kelahiran penulis menggunakan jalur darat menggunakan transportasi travel.Penulisberkeliling ke pusat kota Surabaya bersama kawan penulis bernama Dito Hutama. Penulis berangkat jalan-jalan pada pukul 10.00 wib dengan menggunakan kendaraan roda dua. Paparan sinar matahari yang begitu terik tidak menyurutkan langkah penulis untuk kali terakhir menikmati indahnya Kota Surabaya. Kunjungan pertama adalah ke Museum Kapal Selam. Museum ini bukan berbentuk bangunan seperti lazimnya sebuah museum. Tapi, museum ini benar-benar Kapal Selam TNI Angkatan Laut yang berada di darat. Sangat takjub sekali ketika penulis dan kawan penulis parkir kendaraan roda dua di dekat loket karcis.
[caption id="attachment_346317" align="aligncenter" width="300" caption="Museum Kapal Selam tampak dari luar halaman parkir (sumber : dok.pri)"][/caption]
[caption id="attachment_346321" align="aligncenter" width="300" caption="Di ruangan kemudi kapal selam (sumber : dok.pri)"]
[caption id="attachment_346322" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang tidur awak kapal selam (sumber : dok.pri)"]
[caption id="attachment_346326" align="aligncenter" width="300" caption="Kemegahan Museum Kapal Selam (sumber : dok.Pri)"]
[caption id="attachment_346331" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang Kompas (sumber : dok.pri)"]
[caption id="attachment_346334" align="aligncenter" width="300" caption="Lorong-lorong penghubung di Kapal Selam (Sumber : dok.pri)"]
Kapal Selam yang kini dijadikan museum ini dahulu memang difungsikan untuk patrol dan perang di wilayah perairan NKRI. Orang dewasa dikenakan karcis Rp 8.000 saja. Saat masuk ke Museum Kapal Selam juga ada rombongan anak-anak kecil dari sebuah sekolah yang melakukan darmawisata. Masuk ke dalam bagian kapal selam penulis disambut oleh dua orang pengelolal museum dan mempersilahkan penulis untuk melihat-lihat ke dalam kapal selam ini. Ada beberapa bagian dalam Kapal Selam ini seperti ruang torpedo haluan, ruang kamar kapten kapal, ruang kamar awak kapal selam, ruang giro kompas, ruang kemudi, dan ruang untuk pintu keluar darurat apabila terjadi sesuatu dengan kapal seperti terkenal torpedo dari rudal lawan.
Di dalam Kapal Selam kitaakan berjalan kurang lebih seratus meter dan seperti memasuki lorong-lorong gua. Ada juga foto-foto Kapten Kapal Selam yang pernah menjabat dari periode awal kapal ini diporeasikan sampai terakhir dioperasikan. Di dalam Kapal Selam sudah dipasangi lampu sehingga suasana tidak begitu gelap. Pendingin ruangan juga telah disediakan sehingga wisatawan yang berkunjung tidak gerah dan kepanasan suhu udara Kota Surabaya yang begitu panas. Sayang bagian pintu masuk kapal bagian atas tidak diperkenankan untuk dinaiki pengunjung. Mungkin saja karena faktor keamanan dan kenyamanan pengunjung. Jadi hanya ada dua pintu kapal selam yang bisa dimasuki yaitu pintu masuk dan pintu keluar. Diareal Museum Kapal Selam juga ada fasilitas kolam anak dengan kamar ganti dan juga ruangan untuk menonton film mengenai kapal selam yang dijadikan museum.
Setelah lelah berkeliling di Museum Kapal Selam dan mengabadikan gambar. Perjalanan wisata selanjutnya Adalah mengunjungi Tugu Pahlawan dan Museum Perjuangan 10 November. Memasuki areal Tugu Pahlawan yang berupa lapangan besar berumput seperti di Monumen Nasional Jakarta, Penulis dan teman penulis disambut oleh Patung Proklamator Indonesia yaitu Bapak Ir Soekarno- Drs Mohammad Hatta yang sedang membacakan teks proklamasi. Di depan patung raksasa dwitunggal penulis menyempatkan untuk memberikan hormat kepada replika Sorekarno-Hatta. Sambil berjalan kaki menyusuri taman sekitar Tugu Pahlawan juga terdapat beberapa patung yang cukup disegani arek-arek Surabaya seperti Patung Gubernur Soerjo, Patung Doel Arnowo (Walikota Surabaya Tahun 1950), dan Patung yang sangat akrab ditelinga kita dan sering disebut di buku Sejarah. Siapa lagi kalo bukan Patung Sutomo (Bung Tomo). Ada juga mobil yang sering digunakan Bung Tomo menjadi benda sejarah di taman ini
[caption id="attachment_346335" align="aligncenter" width="300" caption="Tugu Pahlawan (sumber : dok.pri)"]
[caption id="attachment_346337" align="aligncenter" width="300" caption="Memberikan hormat didepan patung proklamator (sumber : dok.pri)"]
[caption id="attachment_346339" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama patung Gubernur Soerjo (sumber : Dok.Pri)"]
Setelah melihat-lihat sekitaran taman arela Tugu Pahlawan, penulis penasaran untuk masuk ke Museum Sepuluh November. Museum yang masuk kedalam tanah sedalam tujuh meter ini dikenakan biaya Rp 5.000 untuk wisatawan dewasa. Di pintu masuk museum banyak lukisan-lukisan yang menggambarkan perjuangan arek-arek Suroboyo ketika diserang tentara sekutu pada tanggal 10 November 1945. Ada juga lukisan yang menggambarkan perobekan bendera Belanda oleh arek-arek Suroboyo di Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit). Jadi penulis gambarkan bahwa museum ini bagi pengunjung yang datang akan turun dengan tangga melingkar ke bawah tanah dan naik ke lantai selanjutnya dengan tangga ke lantai selanjutnya.
Di lantai pertama kita bisa melihat replika Bung Tomo lewat radio membakar semangat ratusan ribu arek-arek Suroboyo untuk menghadapai serangan Sekutu dari darat, laut dan udara. Peristiwa 10 November dipicu atas tewasnya petinggi sekutu A.W.S Mallaby yang tewas di Kota Surabaya. Uniknya replika Bung Tomo ada sebuah tombol yang bisa mendengar suara asli Bung Tomo saat memberikan semangat kepada arek-arek Suroboyo melawan Sekutu. Ada sebuah kutipan yang ketika penulis dengarkan memang sangat luar biasa. Begini bunyinya : “ Selama banteng-banteng Indonesia masihmempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kertas kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita akanmau menyerah kepada siapapun juga”. Jika penulis menjadi salah satu pemuda yang hidup dan berjuang saat peristiwa 10 November, pastinya mendengar pidato Bung Tomo menjadi sebuah motivasi dan semangat untuk berjuang membela Surabaya.
Dilantai satu kita juga bisa melihat patung kayu sorang pemuda yang bertempur sampai titik darah penghabisan. Ada juga replika bamboo runcing yang dipakai pada peristiwa 10 November 1945. Konon pada saat perang bamboo runcing ini diberikan doa khusus sehingga sekali tusuk musuh langsung tewas seketika. Naik ke lantai dua kita akan melihatdua buah ruangan dengan beberapa diorama. Lagi-lagi ada tombol yang ditekan akan mengeluarkan suara asli pelaku sejarah. Ada juga koleksi senjata-senjata hasil rampasan perang arek-arek Suroboyo dari Tentara Jepang untuk melawan sekutu pada tanggal 10 November 1945. Tugu Pahlawan sendiri letaknya berda beberapa meter dari museum. Satu lagi ada sebuah patung sekelompok pejuang dan dibawahnya ada tulisan Makam Pahlawan Tak Dikenal. Satu setengah jam sudah penulis berada diTugu Mahlawan dan museum. Penulis dan teman penulis pun meninggalkan lokasi bersejarah ini untuk pulang.
[caption id="attachment_346341" align="aligncenter" width="300" caption="Mobil yang pernah digunakan Bung Tomo (Sumber : dok.pri)"]
[caption id="attachment_346343" align="aligncenter" width="300" caption="Lukisan perjuangan di dalam Museum (Sumber : Dok.Pri)"]
[caption id="attachment_346344" align="aligncenter" width="300" caption="Di Depan Replika Bung Tomo saat memberikan semangat ke Arek-Arek Suroboyo (Sumber : Dok.Pri)"]
[caption id="attachment_346345" align="aligncenter" width="300" caption="Koleksi senjata museum (Sumber : Dok.Pri)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H