Mohon tunggu...
Arman Batara
Arman Batara Mohon Tunggu... Editor - Penggiat Literasi Media

Tak ada manusia yang mampu menghindari dari kematian. Lantas, apa yang akan kamu sombongkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dewasa, Mampu Tidak Berkeluh Kesah terhadap Ibu

18 Maret 2021   08:56 Diperbarui: 18 Maret 2021   09:09 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada hidup yang paling sempurna selain dimasa kecil, apapun itu bentuk dan ceritanya. Pasti kita semua merasakan.

Tak ada kepedihan, kesedihan, dan kesukaran yang ada hanyalah tentang kebahagiaan didalam hati. Karena, selalu ada Ibu yang menjaga.

Wajar, bila suatu ketika kita dimasa menginjak dewasa mendapatkan kesukaran, langsung teringat padanya (Ibu). Mungkin, karena belainya kasihnya  ia terhadap kita. Ini bukan dongeng, tetapi ini dirasakan oleh setiap anak yang memiliki Ibu.

Pada saat itu, kita tak ingin menjauh darinya, jauh sedikit menangis, jatuh terpleset pun langsung mengadu.

Pasti, saat ini pun tatkala kita dirundung nestapa, katakanlah memiliki kesulitan yang begitu berat kita berpikir agar ada tempat untuk mengadu (Ibu).

Namun, pantaskah kita yang menginjak dewasa mengadukan semua permasalahan yang berkecamuk didalam diri terhadap Ibu?.

Aku rasa tidak perlu bagi kita yang memiliki rasa sayang terhadap Ibu. Karena, hari ini kita sudah dewasa cukup kebahagian, kegembiraan yang seharusnya kita ceritakan padanya (Ibu).

Bukan kita tak ingat. Tetapi, menjaga perasaannya pun itu sudah bukti bahwa kita sayang terhadap Ibu.

Kita bukan anak kecil lagi yang setiap memilik permasalahan langsung mengadu terhadap Ibu. Tapi, sebaliknya, bila kita menginjak dewasa sedang berhadapan dengan suatu masalah lalu kita langsung mengadukan permasalahan kepadanya, walaupun permasalahan itu begitu pelik, itu hanya akan menyakiti perasaannya (Ibu).

Cukuplah, kita meyakini adanya ikatan batin antara Anak dan Ibu, dengan tidak mengadu pun Ibu sudah tahu apa yang sedang kita rasakan tatkala kita sedang meghadapi ujian.

Bukan kita menjauh, Ibu tau ko apa yang sedang kita alami (rasakan) bukan pula kita tak memiliki perasaan rindu seperti masa kecil.

Aku ucapkan, SUJUD AMPUN PADAMU IBU atas khilap dan dosa yang pernah dilakukan, pernah melukaimu, mungkin pernah meneteskan air matamu.

Jujur, tak ada setulus kasihmu, dan seteduh hatimu.

Ibu, kini anakmu sudah dewasa, hari ini sudah memiliki tempat untuk berkeluh kesah menggantikan peranmu, yang selalu menerima semua rengekan anakmu. Dialah yang bersemayam didalam diri dan jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun