Potensi Bisnis Jastip Untuk Ekonomi Mandiri Generasi Muda Babat, Lamongan
Karang Taruna Desa Babat, Lamongan, kini memanfaatkan potensi ekonomi generasi muda dengan mengembangkan usaha jasa titip (Jastip). Usaha ini berawal dari peluang yang diidentifikasi oleh anggota Karang Taruna yang berkuliah di kota besar seperti Surabaya, di mana berbagai barang konsumsi tersedia dengan lebih lengkap dan murah. Mereka mulai menawarkan layanan Jastip melalui status WhatsApp pribadi. Meski sederhana, usaha ini memiliki potensi besar karena tidak membutuhkan modal besar, risiko kerugian rendah, karena barang hanya dibeli sesuai permintaan, dan margin keuntungan yang cukup signifikan dari biaya jasa. Namun, setelah berjalan setahun, usaha ini kurang berkembang karena berbagai kendala seperti produk yang terbatas, operasional yang tidak konsisten, manajemen yang lemah, dan minimnya promosi.
Tim pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Katolik Darma Cendika hadir untuk membantu mengurangi permasalahan tersebut. Tim pengabdian kepada masyarakat terdiri dari dosen dan mahasiswa. Bagi mahasiswa, program ini menjadi kesempatan untuk memahami dinamika sosial ekonomi di masyarakat. Adapun program yang ditawarkan meliputi penyuluhan usaha jasa, penyuluhan dan praktik langkah usaha Jastip, dan pengembangan akun media sosial sebagai media promosi. Tindakan nyata penyuluhan manajemen usaha adalah anggota usaha Jastip  harus membagi tugas tiap orang dan penyusunan SOP sederhana. Hal ini untuk membantu anggota bekerja lebih terstruktur dan memiliki target. Mereka juga diajarkan membuat laporan bulanan untuk evaluasi sehingga jika terdapat kebaikan dalam usahanya dapat dipertahankan, dan jika terdapat kekurangan maka dapat diperbaiki.
Pada bagian penyuluhan usaha Jastip, mitra diarahkan untuk menambah variasi produk jual. Jika selama ini produk yang dibidik hanya kosmetik dan skincare, maka mitra diharapkan dapat menambah produknya seperti pakaian, sepatu, sandal, tas, celana, dan aksesoris pakaian. Target pasar tidak hanya wanita tetapi juga laki-laki. Jastip dapat dilakukan ketika terdapat pusat perbelanjaan yang sedang mengadakan diskon, tidak hanya bergantung pada acara pameran/event besar. Hal ini memungkinkan mitra untuk melangsungkan usahanya secara berkelanjutan. Bagian terakhir yang tidak kalah penting adalah upaya promosi melalui media sosial.
Usaha Jastip tidak dapat dikelola hanya dengan mengandalkan promosi dari mulut ke mulut atau dari status Whatsapp. Perlu memiliki akun media sosial yang dapat menjangkau konsumen dari berbagai wilayah. Mitra mulai memanfaatkan media sosial Instagram sebagai sarana promosi lengkap dengan logo, profil usaha, konten menarik, dan strategi komunikasi yang mengikuti tren. Akun media sosial yang dikelola hingga saat ini telah memiliki follower hampir 300 orang.
Sejauh ini seluruh program pengabdian kepada masyarakat dapat berlangsung secara baik, mitra pun antusias terhadap pendampingan ini. Meskipun program pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan hanya dalam waktu lima bulan, tetapi dampaknya diharapkan jangka panjang. Dengan model operasional yang lebih baik dan strategi promosi yang efektif, usaha jastip ini dapat bertahan serta berkembang dan berpeluang menjadi contoh sukses bagi Karang Taruna lain di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H