Meski harus hancur lebur kala berhadapan dengan Thailand di babak final leg pertama Piala AFF 2020, namun pencapaian coach Shin Tae-yong patut diapresiasi. Selain mempersiapkan tim dalam waktu yang singkat, pembatasan pemanggilan pemain yang dibatasi, hingga harus membagi konsentrasi karena memegang beberapa timnas sekaligus, namun apa yang dicapai oleh coach Shin merupakan suatu pencapaian yang lebih dari perhitungan pakar bola sekalipun.
Bagaimanapun, tidak menjadi juara pada tahun ini bukan suatu hal yang patut disesali. Meskipun menyesakkan, karena kali keenam harus kembali menjadi runner up, namun bagi pelatih debutan seperti coach Shin, hanyalah masalah waktu saja untuk membentuk sebuah timnas yang solid.
Jangan bandingkan dengan pelatih Thailand, Mano Polking yang berhasil membuat Thailand digdaya di gelaran AFF meski hanya beberapa bulan saja memegang tim Gajah Perang, apa yang dialami oleh coach Shin tentu berbeda jauh dan memiliki permasalahan yang lebih berat. Mano Polking dengan komposisi pemain yang mumpuni, liga yang profesional dan bahkan menjadi liga dengan label terbaik di Kawasan Asean, hingga pengalaman para pemain yang dibawanya ke pentas AFF, tentu berbanding terbalik dengan apa yang dihadapi oleh coach Shin.
Kita tahu sendiri, ketika menghadapi gelaran AFF 2020, coach Shin dibekali dengan pembatasan pemain, liga yang amburadul, dan lebih memilih untuk membawa skuat muda demi investasi jangka panjang bagi timnas Indonesia. Item terakhir ini yang juga diusung oleh pelatih sebelumnya, yakni Luis Milla, yang akhirnya didepak karena pengurus federasi lebih menginginkan hasil yang instan, lebih instan dari mie instan yang ternyata membutuhkan proses untuk memasaknya.
Dengan skuat yang ada sekarang ini, federasi setidaknya menyadari bahwa tim ini akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Dan, coach Shin mutlak harus mendapatkan hal tersebut. Belajar dari pelatih kompatriotnya yang menangani timnas Vietnam, Park Hang-seo, coach Shin setidaknya membutuhkan waktu 2 tahun untuk bisa membentu skuat yang rapi dan stabil. Pelatih Park, mulai menangani The Golden Dragon pada tahun 2017 lalu, dan berlanjut hingga saat ini. kala itu, federasi sepakbola Vietnam, VFF tak mempermasalahkan meski di awal-awal kepemimpinannya menakhodai Timnas Vietnam, pelatih Park tak mampu memberikan gelar juara. Namun, seiring waktu dan besarnya kepercayaan yang diberikan, membuat pelatih Park pada akhirnya berhasil membentu skuat yang menuai kesuksesan dan disegani di Kawasan Asean seperti saat ini.
Tentu kita berharap, dalam dua tahun ke depan, coach Shin akan berhasil membangun skuat Indonesia menjadi tim yang disegani, dengan bermaterikan pemain muda yang kini mendominassi mayoritas skuatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H