Lama tak menulis, dan memang saya sedang berusaha untuk tidak menulis dulu karena kesibukan lain. Tapi kejadian si "Mnrmen FPI" yang memaksakan Kehendak, membuat saya Menulis kembali.
Kelakukan dia hampir mirip dengan Laskar Pembela Tuhan. Tak mampu berdiskusi, tak mampu berbeda pendapat, merasa terpojok, lalu memaksakan kehendaknya pada orang lain.
Bagi anda yang dalam diskusi, sepanas apapun diskusi itu, jika masih sering memaksakan kehendak pada orang lain. maka sesungguhnya anda TAK LEBIH DARI SEORANG MANUSIA BAR BAR zaman Primitif....
Kebenaran memang milik anda, tapi kebenaran itu adalah kebenaran  versi anda doank, jangan paksakan kebenaran versi anda pada orang lain. karena anda bukanlah Tuhan. Tuhan juga TAK PERNAH datang pada anda secara personal seolah olah anda sudah jadi Nabi atau Rasul karenanya. Modal anda hanyalah YAKIN. Dan yang namanya yakin itu TAK ADA POSTULAT pendukungnya.
Biarlah ada dua, atau tiga atau ada sepuluh pendapat yang berbeda. dan semua pendapat itu terpajang dengan ADIL. Pemirsa TV, atau pembaca seperti di Kompasiana atau di FB, dengan bebas bisa memilih siapa yang dia yakini paling benar.
Bumi ini milik bersama, One Earth, One Sky, One Humankind. jadi TAK ADA HAK ANDA memaksakan orang lain harus sama dengan dengan anda.
Ulangi:
TAK ADA HAK ANDA memaksakan orang lain harus sama dengan dengan anda.
supaya orang tsb mengikuti pola-pola pikir anda. Cara-cara anda atau Budaya-budaya anda.
Mengikuti aturan secara bersama hanyalah untuk URUSAN URUSAN BERSAMA, urusan Publik. Misal aturan larangan merampok, membunuh, aturan aturan kenegaraan yang menyangkut Hajat Hidup orang banyak.
Tapi urusan Privat, tetaplah diatur sendiri oleh yang bersangkutan dan masing masing diri. toh anda juga tak ingin kalo orang lain mengatur bahwa anda harus bercelana dalem merk apa, warna apa, dan ukuran berapa bukan...?? karena ini adalah wilayah Privat. Termasuk Agama, karena ini adalah wilayah privat, agama apapun tak berhak melarang atau memaksakan orang lain agar patuh pada aturan agamanya karena orang lain belum tentu tunduk pada aturan agama anda.
Saya sering mencontohkan Islam dengan Hindu.
1). Islam memaksakan aturannya saat Ramadhan dan berdampak pada Non Islam.
2). Hindu memaksakan aturannya saat Nyepi yang berdampak pada Non Hindu. termasuk aturan tidak boleh memotong Sapi saat Muslim merayakan Idul Adha.
Ini adalah dua sampel urusan privat dipaksakan masuk ke urusan Publik, dimana kita telah Memaksakan agama kita pada orang lain dengan alasan Toleransi. Padahal Toleransi membuat Hukum jadi Paradoks, saling bertentangan.
Kritis dibalas Kritis, bukannya Kritis dibalas Fentung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H