seraut wajah yang geram kurus dan pucat
mata melotot tajam menatap daku
kening keriput, keringat jatuh ketanah
pundak yang lemah mengangkat beban yang berat
matamu sayu sebab tidurmu sebenatar
tiada kenal batas manusiamu beristirahat
kau asuh bebanmu dimalam hari, istirahatmu hanya sebatas angan
ku masih ingat diwaktu masa kecil
geram suaramu bagai singa yang mengaum
begitu engkau membentakku dalam marahmu
akupun menangis seperti anak pada biasanyaÂ
dan kuingat sekarang bahwa maksudmu adalahÂ
mendidik ku untuk kelak menjadi pribadi yang pemberani
dan mandiri
rokok dan kopi adalah teman baik mu tiap hari
seperti sudah ditakdirkan untuk tetap bersama
bagai hampa rasanya hidupmu tanpa rokok dan tiada
arti hidupmu tanpa awalan secangkir kopi
engkau melakukannya hampir tiap hari
ayah,,,,,, aku prihatin dirimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H