Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyesalan Bunga Citra Lestari dan Kita

21 Februari 2021   21:04 Diperbarui: 21 Februari 2021   21:17 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fajar.co.id/

Kepergian orang yang disayangi secara tiba -- tiba memang cukup menyakitkan. Seperti ujian yang dialami artis Bunga Citra Lestari. Suaminya masih muda. Fisik fit karena rajin olahraga. Hanya sedikit kelelahan saat itu, sehabis pulang dari liburan. Namun tiba -- tiba saja Allah swt memanggilnya pulang, tanpa ada tanda -- tanda apapun.

Hampir setahun suami BCL kembali pada Ilahi. Kerinduannya pada almarhum masih terasa. Pada satu obrolan di akun youtubenya, Bunga mengungkap rasa. Ada satu penyesalan untuk perpisahan itu.

Bunga menyesal telah mengutamakan pekerjaan dibanding keluarga. Meski ia mengaku tetap meluangkan waktu buat keluarga. Ia telah mengatur waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Tapi tetap saja dia lebih sibuk bekerja daripada bersama yang tercinta.

***

Ya sih. Meski judulnya suami mengizinkan isteri bekerja, tetap saja ada rambu -- rambu yang mesti ditaati dari Allah swt. Dalam pandangan Islam, peran utama perempuan adalah ummun wa rabbatul bait (Ibu dan pengatur rumah tangga).

Maka berkarya baginya di publik jangan sampai kebablasan dari segi waktu dan lainnya. Jangan justru lebih memperhatikan kerja daripada tugas utama.

Jangan pula membahayakan kehormatan, seperti membuka aurat, bercampur baur dengan lelaki asing dan melakukan pekerjaan yang menonjolkan sisi sensualitas diri. Melanggar kebijakan Allah swt tentu akan menjauhkan manusia dari kebaikan.

***

Tentang penyesalan, ada banyak sebenarnya yang bakal kita rasakan. Sebab kelemahan diri manusia, selalu berbuat salah, lupa dan lalai. Sementara perjalanan hidup tak pernah bisa diulang. Waktu hanya berputar sekali. Peristiwa yang sudah terlewat takkan bisa kita temukan lagi.

Namun ada satu penyesalan yang paling dahsyat. Penyesalan jenis ini lebih serius. Lebih mendalam. Penyesalan ini dirasakan karena fokus pada dunia, lupa kehidupan setelah dunia. Ia adalah penyesalan orang yang ingkar pada Allah swt.

Masih hidup di dunia sih bisa saja berbuat sesuka hati. Mau mati mati-an kerja buat meraih dunia, bisa. Mau mengolok -- olok agama juga bisa. Mau memusuhi agama, enggan melaksanakan aturan Allah swt pun bisa.

Tapi di akhirat semua peringatan dalam al Quran akan menjadi nyata. Kelak manusia yang sombong, menolak kebenaran yang datang dari Allah swt akan mendapat balasan.

Allah swt berfirman: Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), "Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin" (QS. as-Sajdah:12)

Tentang ayat ini Ibnu Katsir menjelaskan, kelak mereka yang ingkar akan menyadari dan meyakini janji Allah swt dan membenarkan perjumpaan denganNya. Kata Ibnu Qatadah, saat itu mereka minta dikembalikan ke dunia bukan untuk menjumpai keluarga atau kaum kerabat. Tetapi mereka berharap kembali ke dunia agar bisa melaksanakan ketaatan pada Allah swt.

Sungguh penyesalan yang tiada berguna. Karena masa itu giliran memetik hasil menanam di dunia. Akhirnya mereka layak mendapat neraka.

"Andaikata kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. al-Mulk:10)

Salah satu manusia ingkar yang menunjukkan penyesalan diceritakan oleh Allah swt dalam al Quran. Belum sampai ke akhirat, penyesalan itu mendatanginya detik -- detik sakaratul maut.

Itulah Fir'aun, orang yang luar biasa penentangannya pada ajaran tauhid yang dibawa Nabi Musa. Sanking sombongnya, dia mengaku Tuhan. Namun mendadak kesombongannya lenyap dihadapan maut.

"Hingga bila Fir'aun itu hampir tenggelam, dia berkata, "Saya percaya bahwa tidak ada Rabb (berhak diibadahi) melainkan (Rabb) yang dipercayai oleh bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allh). (Kemudian dikatakan kepadanya), "Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan". (QS. Ynus/10:90-91)

Naudzubillah..

***

By the way balik ke BCL. Bagaimanapun perpisahan telah terjadi. Pasti terjadi. Bersedih boleh. Berlarut larut dalam kesedihan jangan. BCL tak perlu menyesal berlama -- lama. Dia hanya perlu ingat bahwa ada kehidupan abadi selain kehidupan fana dunia.

Jika amal salih orang beriman lebih berat ketimbang amal buruknya, kelak ia akan berada di surga, bahkan bisa berkumpul bersama keluarganya yang juga layak berada disana.

Allah swt berfirman:

"(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya." (QS. Ar-Ra'du: 23)

So, yuk bersegera untuk memperbaiki nilai dihadapan Allah swt, biar ada harapan berkumpul bersama keluarga lagi di surga. Mudahkanlah ya Allah. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun