Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Child Free, Pilihan Beresiko Pasangan Masa Kini

26 Januari 2021   21:32 Diperbarui: 27 Januari 2021   06:26 2074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Child free, istilah kekinian untuk menyebut pasangan suami isteri yang memutuskan tidak memiliki anak. Istilah tersebut familiar di negara -- negara maju. Cukup banyak pasangan yang memilih melakukannya. Keputusan itu diambil dengan beragam alasan. Setidaknya ada dua alasan yang cukup menonjol. Pertama, biaya memiliki anak mahal. Kedua, memiliki anak berarti beban, menyita waktu hingga mengganggu pekerjaan.

Ini Tubuh, Tubuh Gue?

Dalam sebuah wawancara, Gita Savitri, seorang youtuber asal Indonesia bertempat tinggal di Jerman mengaku memilih child free. Sejak awal hendak menikah, cewek berkerudung ini menyampaikan pandangannya ke calon suami.

Gayung bersambut, mereka bersepakat untuk hidup berdua saja. Alasannya tidak begitu tegas. Dia hanya bilang bahwa keputusan itu diambil dengan proses yang panjang. Baginya punya anak itu sebuah masalah besar.

"Gimana kalau misalnya kita sebagai orang tua ngga being responsible, trus taunya kita memberi luka ke anak kita", ucapnya.

Tampaknya dia punya masalah dengan masa lalunya. Hingga timbul rasa takut untuk memiliki anak. Dia memperkuat argumennya dengan alasan, "Ini tubuh, tubuh gue", katanya.

Ditambah lagi, ketika ia bertanya pada ibunya tentang alasan memiliki anak, jawaban sang ibu tak memuaskan. Ibunya hanya berkata bahwa ia pikir punya anak itu memang konsekuensi pernikahan.

Saya tertarik menanggapi pernyataan, "Ini tubuh, tubuh gue". Pemahaman khas liberal tersebut harus direnungkan lebih dalam. Coba pikirkan, kalau memang tubuh kamu milik kamu seutuhnya, harusnya kamu bisa mengendalikan kerja organ tubuh kamu sepenuhnya.

Harusnya kamu bisa kontrol tubuh kamu kapan ingin tua. Atau malah tidak ingin tua, harusnya bisa. Bisakah kamu sesuka hati mengatur masalah makan misalnya?

"Malas ah makan tiap hari. Capek. Pengennya seminggu sekali atau sebulan sekali aja makannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun