Dengan ini perempuan di masa peradaban Islam dulunya terbebas dari perundungan para lelaki. Tak ada yang meremehkan cita -- cita mereka. Para perempuan bebas bercita -- cita apa saja.Â
Para muslimah itu lalu membangun cita -- cita diatas kecintaannya pada Allah swt dan Rasulullah saw. Mereka berambisi menjadi ilmuwan demi memudahkan ibadah dan dakwah. Mereka pun berambisi menjalankan peran utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga sebaik -- baiknya untuk mencetak generasi penakluk.
 Ibunya Shalahuddin al Ayyubi misalnya, sejak awal menikah ingin memiliki anak yang bisa membebaskan Palestina dari penjajahan. Makanya ia memilih pasangan dengan visi dan misi yang sama.
Sebagai bagian dari makhluk ciptakan Allah swt, fitrah para perempuan di setiap zaman pasti sama. Ingin eksistensi, dimengerti, dihargai dan dihormati. Maka peradaban Islamlah yang bisa memberi hal itu sepenuhnya pada semua perempuan.Â
Tentunya dalam ruang lingkup ketaatan pada Allah swt. Agar hidup tak hanya sebatas sukses di dunia, tapi juga bahagia hingga ke surga.