Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

4 Prinsip Sukses Berbisnis ala Suami Saya

20 Juni 2020   21:08 Diperbarui: 20 Juni 2020   21:12 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan kita hari ini bak hutan rimba. Masing-masing penghuni di dalamnya harus survive dengan usahanya sendiri. Siapa yang kuat dialah pemenangnya. Bagi yang lemah, tak ada pengayoman maksimal dari negara. Hanya bantuan seadanya yang lebih banyak diberikan oleh sesama masyarakat.

Sebenarnya kondisi ini tidak ideal. Dalam sistem politik Islam ada kewajiban bagi negara menciptakan kondisi stabil bagi rakyatnya, mendekatkan antara yang kuat dan yang lemah. Mendistribusikan harta pemberian Allah swt di muka bumi secara merata. Serta menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok semua manusia.

Dengan kondisi yang ada, kita tidak bisa menjadi orang biasa-biasa saja. Kita harus menjadi pribadi luar biasa, kreatif, agar mampu membangkitkan diri dan orang-orang sekitar kita.

Dalam hal kemandirian ekonomi secara individu, sejumlah prinsip diajarkan suami saya. Dipelajari dari dua gurunya yaitu Tung Desem Waringin dan Mario Teguh. Bukan menjadi pekerja orang lain. Melainkan berbisnis.

Jika dipahami dan dijalankan, insya allah ekonomi keluarga berpeluang untuk berkembang makin baik setiap harinya. Simak ya:

1. Lakukan usaha sebanyak-banyaknya. Terserah Allah swt rezeki kita dari pintu yang mana.

dok. pribadi
dok. pribadi

Janji Allah swt tentang rizki bersifat qath'i. Artinya benar-benar kuat kepastiannya. Allah swt berfirman: "Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. (QS. Adz-Dzariyat: 22-23).

Kepastian akan rezki bukan menyuruh muslim untuk berdiam diri menunggu rizki jatuh dari langit. Sebaliknya, justru muslim diminta optimis untuk melakukan berbagai upaya menjemput rizki Allah swt. Selama manusia hidup, pasti ada rizki yang Allah sediakan untuknya.

Suami saya bilang, "usaha aja, biar rizki datang ntah dari usaha yang mana".

Itu sudah kami buktikan. Usaha utama kami adalah bimbingan belajar. Disamping itu suami saya suka mencoba berbagai hal. Kami coba jualan tinta. Jualan baju. Jualan pisang coklat. Jual jasa menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hingga percetakan. Hasilnya, pendapatan terbanyak kami bukan dari bimbingan belajar. Melainkan dari salah satu usaha sampingan itu.

2. Selagi muda cobalah berbagai macam usaha. Cepat gagal, cepat bangkitnya.

dok. pribadi
dok. pribadi

Prinsip ini juga menambah percaya diri suami saya untuk menangkap berbagai peluang bisnis. Hal ini sebagai proses untuk menemukan salah satu usaha paling ideal. Paling diminati dan banyak menghasilkan.

Kalau gagal di masa muda, rasanya tidak begitu sakit. Toh hidup masih simpel. Masih nanggung diri sendiri, paling banter bareng istri. Masih bisa makan nasi pakai garam misalnya, kalau lagi jatuh. Tapi kalau sampai tua masih belum bertemu usaha yang ideal, biaya pendidikan anak-anak terganggu, impian untuk pensiun dengan ekonomi stabil pun sulit bisa terwujud.

Lagi pula banyak mencoba, cepat gagal maka cepat dapat pelajaran, lalu ambil pengalaman untuk lakukan yang lebih baik ke depannya.

3. Kuasailah ilmu-ilmu dasar yang dibutuhkan bagi semua jenis usaha.

dok. pribadi
dok. pribadi

Setiap bisnis butuh dua hal, produk yang bagus dan cara memasarkan yang baik. Satu dan lainnya nggak bisa terpisahkan. Kalau produk saja yang bagus, yang beli tidak akan banyak jika pemasarannya tidak menarik. Sebaliknya, jika pemasarannya saja yang bagus namun produk buruk, maka pembeli tak akan jadi pelanggan.

Untuk memenuhi syarat tersebut butuh ilmu-ilmu dasar seperti desain grafis, komunikasi dan ilmu marketing. Sebagai pemula kita tak mungkin bayar orang lain untuk melakukan hal tersebut. Maka wajib bagi pebisnis pemula untuk menguasai ilmu-ilmu tersebut demi penghematan modal usaha.

Suami saya sudah cukup menguasai ilmu-ilmu tersebut dari guru-gurunya. Sekarang beliau sedang menikmati kegiatan barunya, ngajar nahwu shorof online dengan salah satu teknik marketing melalui channel youtube https://www.youtube.com/channel/UCi9UfZ47zuuE_sZToSbZ30A.

Tampaknya bidang bahasa arab paling diminatinya dari bidang yang lain. Suami saya sedang belajar cara membaca kitab kuning. Sembari belajar, beliau mengajar. Dengan ilmu-ilmu dasar yang beliau kuasai, ngajar online cukup untuk membiayai kebutuhan hidup kami. Bagi suami saya, ngajar nahwu shorof bukan sekedar bisnis, tapi tentang kepuasan berbagi ilmu alat, yang dibutuhkan untuk mendalami Islam.

4. Jangan terlibat dalam sektor ekonomi non riil apapun itu, aktif sepenuhnya di sektor riil

dok. pribadi
dok. pribadi

Barangkali ini prinsip yang terbilang langka. Hanya segelintir orang yang berpikir demikian. Sebab rahasia keperkasaan sistem ekonomi kapitalis hari ini terletak pada sektor ekonomi non riil. Hampir semua usaha besar berhubungan dengan sektor non riil atau pasar keuangan. Bagi mereka yang lihai bermain di sektor non riil, maka berpeluang menjadi pengusaha besar atau milyarder.

Namun kita memahami bahwa sektor non riil identik dengan riba yang dilarang oleh Islam. Meski dilabeli dengan kata syariah, bila didalami tetap saja bidang tersebut tak luput dari riba. Pegawai bank syariah sendiri mengaku merasakan bahwa bank syariah tak ada bedanya dengan bank konvensional.

Sebagai muslim, kita bukan hanya ingin kaya, tapi juga ingin hidup berkah. Maka dalam hal bisnis dan investasi, suami saya berupaya hanya berada di sektor riil. Jual jara atau barang riil. Beli emas, tanah, bikin rumah kontrakan atau kos-kos-an mungkin ke depannya. Karena ketenangan jauh lebih berharga daripada sekedar kesenangan.

Ini pilihan hidup kami. Barangkali ada pelajaran yang bisa diambil. Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah membaca tulisan saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun