Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Jangan Lakukan 4 Kesalahan Ini Jika Tak Mau Keuanganmu Berantakan

10 Juni 2020   18:39 Diperbarui: 11 Juni 2020   21:40 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Medan bilang, "Hepeng na mangaur nagaraon". Hehe, benar adanya ya. Saat ini uang menjadi kebutuhan penting bagi semua orang. 

Sebab dengan uang, orang bisa memperoleh apapun yang ia inginkan. Sampai-sampai ada orang yang mengagungkan uang diatas nilai-nilai kebaikan. Sehingga ia rela melanggar aturan Allah swt demi mendapatkan uang, naudzubillahi minzalik.

Bagi para ibu rumahtangga seperti saya, sebagian besar kita kemungkinan pusing dengan keadaan perekonomian negara kita. Harga sayur mayur saat ini memang lagi turun buk. Tapi harga daging, ikan, minyak makan, gas, listrik, biaya sekolah dan segudang kebutuhan lainnya semakin melambung tinggi.

Mending saya ya yang anggota keluarganya dua orang. Gimana yang punya anak sekian dan sekian? Solusinya tentu bukan kurangi anak dong. Karena anak adalah anugerah tersendiri bagi orangtua, aset berharga yang patut diharapkan kehadirannya. Saya juga sedang berharap-harap punya momongan. Emang belum dikasih aja.

Kita so pasti sadar ekonomi yang carut marut ini tak lain dan tak bukan karena tidak diatur dengan sistem ekonomi Islam yang bersumber dari Allah SWT. Tapi, setidaknya ada beberapa solusi praktis yang bisa kita lakukan guna menghadapi situasi sulit ini. Hindari empat kesalahan ini dalam mengatur keuangan kita;

Pertama, berjalan tanpa pandangan yang benar.

Kita ngerasain sendiri ya buk. Suami bahkan para ibu turut mencari nafkah tapi hasilnya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Kalau kita tidak punya pandangan yang tepat tentang kehidupan ini, bisa-bisa stress. Semua berawal dari bagaimana cara kita memandang kehidupan deh. Pandangan benar, insya allah menjalaninya adem.

Pandangan yang tidak tepat itu semisal, "aku harus dapatkan apa yang aku mau", "aku ingin memiliki apa yang orang lain punya", "harta adalah kebahagiaan" dan lain sebagainya.

Pandangan salah tersebut harus diganti dengan kesadaran bahwa, "tak semua yang aku inginkan harus ku dapatkan", "kebutuhanku berbeda dari orang lain, tak harus punya seperti yang dimiliki orang lain", "harta berkah itu lebih penting", "bahagia itu ketika Allah swt ridha padaku". 

Kalau yang terbentuk dalam pikiran kita pemahaman seperti ini, beres deh urusannya. Dan memang perubahan mindset ini tak serta merta ya, perlu pengkajian mendalam terhadap Islam dan mendekat pada Allah swt yang terus menerus.

Kedua, berjalan tanpa prioritas.

Kalau sedari awal kita sudah punya pandangan yang salah untuk menjalani hidup, kesalahan kedua ini adalah buntutnya. Lapar mata langsung dipenuhi. Tetangga punya apa, langsung pengen beli. Melihat apa saja yang selera dibeli. Padahal ada kebutuhan yang lebih penting.

Maka para pakar manajemen keuangan rata-rata menyarankan, sedari awal saat memegang uang bulanan, maka segera sisihkan dana kebutuhan utama keluarga. Segera bayarkan segala tagihan tepat pada waktunya. Karena kalau denda, tentu menambah pengeluaran.

Selanjutnya, sisihkan pula dana jangka panjang alias tabungan. Untuk tabungan saya sendiri tidak menyarankan menabung di bank ya buk. Karena aktivitas ribanya yang diharamkan Allah swt. Mending beli emas atau uang tersebut diputar kepada usaha riil, kalau memang mencukupi.

Ketiga, mudah berutang.

Salah satu nasihat penting dari suami saya adalah jangan mudah berutang. Dulu kami menikah tanpa pesta. Sebab, dengan kemandiriannya suami saya waktu itu cuma punya uang buat akad nikah plus nyiapin rumah kontrakan, beli kasur, lemari, alat dapur serta modal usaha.

Kalau mau, bisa sih berutang. Banyak yang bersedia memberi utang. Tapi suami saya bilang, pesta barangkali berjalan lancar dan kita senang, tapi setelah itu kita bakal terbebani utang. Suami saya kurang nyaman.

Berutang itu boleh, tapi kalau masih bisa ditahan kenapa nggak. Jadi, suami saya hanya membolehkan berutang kalau benar-benar kepepet, alias dilakukan jika memang ada kebutuhan mendesak.

Apalagi sekarang, banyak utang menjebak kan ya. Utang yang mengandung riba. Pengusaha bank berlomba-lomba mengincar masyarakat seperti pedagang kecil dan pegawai negeri. Bahkan untuk UMKM pemerintah punya program memudahkan mereka memperoleh modal. Ya dengan mekanisme utang ribawi.

Seorang teman saya yang pegawai negeri bercerita, tim marketing berbagai bank datang ke lokasi kerja mereka menawarkan utang dengan segala kemudahannya. Bunga murah, tanpa jaminan SK dan lain sebagainya.

Yang tadinya kita nggak mau ngutang, akhirnya tergiur juga. Berutang, untuk keperluan yang sebenarnya masih bisa ditahan, seperti renovasi rumah dan lainnya.

Hasilnya, ketika dia menyadari keharaman riba, takut dosa dan ingin lepas dari riba, sudah sulit dilakukan. Saat dia ingin melunasi utang keseluruhan secara langsung tanpa cicil, maka pihak bank mengakumulasi utang berikut bunga plus uang pinaltynya.

Jumlahnya besar sekali, yang akhirnya diapun nggak sanggup melunasinya. Terpaksa, degan hati gelisah, mecicil utang plus bunga sesuai aturan bank sampai habis. Nah tu, jangan mudah berutang ya buk.

Keempat, enggan bersedekah.

Pandangan materialis yang menulari kaum muslim, menjadikan sebagaian kita merasa rugi bersedekah. Apalagi jika sedang mengalami kesempitan ekonomi, sedekah semakin berat. 

Padahal, bersedekah adalah bagian dari ibadah dalam Islam Disunnahkan kita bersedekah dalam keadaan lapang maupun sempit.

Sedekah bisa menghapus dosa, menjadikan harta kita berkah, mendapat pahala yang berlipat ganda dan bisa masuk surga dari sebuah pintu khusus. Jadi sedekah takkan mengurangi harta dan membuat rugi. Justru yang ada adalah kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun