Dihargai dan bahagia Jadi PoinÂ
Dihargai dan bahagia, dua hal yang menjadi poin penting film india berjudul "Thappad". Kisahnya sederhana, namun mengena. Amritha adalah seorang perempuan india yang memutuskan menjadi full housewife. Dengan alasan cinta, dia mengabdikan diri mengurus rumah tangga. Senang hati dia melakukannya. Tak ada beban sama sekali. Sebab cinta mampu menjadi mantra dahsyat penghilang segala penat mengurus suami dan rumah.
Sehari-hari Amu, panggilan Amritha oleh orang-orang terdekatnya, bangun paling awal. Ia langsung membuka jendela kamar. Lalu menuju dapur untuk membuat teh. Selesai membuat teh, ia pergi ke balkon menikmati pagi sambil menyeruput teh. Setelah itu ia membawa teh ke kamar dan membangunkan suaminya, Vikram.
Kembali lagi ke dapur untuk membuat sarapan bersama Asisten Rumah Tangganya. Setelah itu ia ke kamar ibu mertuanya untuk memeriksa gula darah sang mertua. Ia turut bertanggung jawab mengawasi kesehatan mertua.
Terakhir ia mengiringi Vikram yang menuju ke luar hendak berangkat kerja, sambil membawakan barang-barang milik Vikram seperti dompet, botol minuman dan file. Usai suaminya berangkat kerja, Amu melatih anak tetangganya menari. Kadang menonton TV. Kadang juga berkunjung ke rumah orangtuanya. Di akhir pekan Amu dan suaminya jalan-jalan.
Kehidupan Amu bisa dikatakan sempurna, dengan suami tampan dan mapan, serta mertua yang baik. Bisa bikin iri para perempuan lain tentunya.
Sampai tragedi itu datang. Suatu malam Amu dan Vikram mengadakan pesta sukuran atas suksesnya karir Vikram. Sedang asik-asiknya berpesta, Vikram mendapatkan kabar buruk tentang pekerjaannya.
Di pesta itu Vikram terlihat cekcok dengan rekan kerjanya. Amu mencoba melerai keduanya. Namun malang, satu tamparan keras dari Vikram mendarat di pipi Amu. Saat berada di puncak kesenangan, lalu tiba-tiba diperlakukan kasar sama orang tercinta di tengah keramaian, kira-kira rasanya bagaimana ya?
Biar ku tebak, rasanya terkejut, sakit dan malu bercampur jadi satu. Benar saja peristiwa itu amat membekas di hati Amu. Sejak itu dia murung. Memang ia masih tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Berusaha melupakan kejadian itu. Tapi ia tak bisa menyembunyikan patah hatinya.
Dalam keadaan sakit hati Amu mengatakan kira-kira begini, "Kejadian ini mengingatkanku pada Amu yang dulu di masa kuliah, bahwa yang ia inginkan adalah dihargai dan bahagia."