Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Iklan KB Memicu Protes Masyarakat

27 Desember 2019   22:29 Diperbarui: 28 Desember 2019   16:14 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu sempat beredar di sosial media, foto baliho iklan KB BKKBN bertuliskan, "2 Anak Cukup. Stop Percaya Mitos Banyak Anak Banyak Rezeki. Itu Tipu". Spanduk tersebut dibuat atas nama Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Warga Sumut yang melihat spanduk itu kontan tersinggung. Karena iklan itu menghina konsep Islam dengan kata mitos dan tipu. Netizen pun banyak yang protes. Dalam Al Qur'an dikatakan bahwa Allah swt menjamin rezeki tiap makhluk hidup. Bahkan dengan tegas sebuah ayat mengatakan bahwa Allah swt yang memberi rezeki. Bukan manusia. Sehingga manusia dilarang membunuh anak -- anak mereka karena takut miskin.

Sejalan dengan jaminan rezeki dari Allah swt dalam al Qur'an, Rasulullah saw mendorong para pria untuk menikahi wanita yang mampu memiliki banyak anak. Rasulullah saw menyukai jumlah umatnya yang banyak. Kelak di akhirat Rasulullah akan berbangga akan jumlah umatnya ada nabi -- nabi yang lain.

Menyinggung konsep rezeki berarti menyinggung keimanan umat Islam. Wajar kalau umat Islam tersinggung dan meminta klarifikasi dari Pemda bersangkutan. Tak lama surat klarifikasi dari Bupati Mandailing Natal pun beredar. Isinya merupakan teguran kepada Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana sebagai panitia pelaksana/ unit kerja yang menaikkan spanduk tersebut.

Dikatakan bahwa beliau yang bertanggung jawab atas pencetakan baliho tersebut. Sebab beliau telah menyalahi prosedur. Seharusnya sebelum mencetak dan menaikkan Baliho tersebut, panitia harus meminta persetujuan bupati. Namun kali ini baliho dicetak dan dinaikkan tanpa persetujuan bupati. Panitia diminta untuk segera meminta maaf kepada masyarakat melalui Mass Media.

Menurut hemat saya, tak seharusnya kesalahan dilimpahkan sepenuhnya pada panitia pelaksana. Sebab selain tuntutan untuk melaporkan setiap kegiatan yang akan dilakukan, pengawasan juga seharusnya dilakukan oleh atasan. Jangan menegur dan hendak memperbaiki setelah ada protes dari masyarakat.

Jika begitu, artinya andaikan masyarakat tidak protes, kemungkinan Baliho tersebut masih tetap terpasang. Hal semacam ini pun sering terjadi. Pemerintah kerap berbuat asal -- asalan. Setelah masyarakat protes, dengan mudahnya melakukan klarifikasi dan meminta maaf. Lalu berbuat kesalahan lagi.

Kejadian persis pernah terjadi sekitar tahun 2017. Ini saya dapatkan saat searching di google. Saya penasaran, ingin membaca aneka iklan KB dari BKKBN. Saya temukan foto Baliho bertuliskan, "Banyak Anak Banyak Masalah. Ayo Ikut KB. 2 Anak Cukup". Baliho itu berasal dari Asahan, Sumatera Utara.

tangkapan layar
tangkapan layar
Tanpa kalimat propaganda seperti itu, ide KB dengan motto dua anak cukup, itu saja sudah bertentangan dengan Islam. Ide membatasi keluarga dengan dua anak merupakan ide barat. Alasannya sesuai teori ekonomi kapitalisme.

Asumsinya, jumlah manusia akan terus bertambah, sementara ketersediaan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tidak bertambah. Artinya, pertambahan penduduk yang banyak merupakan masalah bagi terjaminnya kebutuhan hidup manusia.

Apalagi realita memperlihatkan banyak keluarga yang susah payah menghidupi anak -- anak mereka. Bahkan yang jumlah anaknya satupun sulit untuk memenuhi kebutuhannya. Bukan hanya biaya makan. Biaya pendidikan, kesehatan, listrik, transport dan kebutuhan lain yang mahal akan sulit dipenuhi jika jumlah tanggungan banyak.

Namun, apa lantas ketika puluhan juta penduduk Indonesia merasakan kemiskinan yang disalahkan adalah konsep agama? Eits, tunggu dulu.

Apakah pengaturan ekonomi kita saat ini sudah baik? Ternyata kan tidak. Kekayaan alam yang diserahkan pemerintah untuk dikelola oleh asing dan aseng. Hingga yang mendapatkan keuntungan besar adalah mereka. Dibantu oleh ekonomi berbasis riba, maka para kapitalis semakin jaya.

Begitulah tabiat kebebasan ekonomi dalam sistem ekonomi kapitalis. Hanya yang mampu yang akan survive dalam kehidupan. Sementara yang lemah akan ketinggalan. Jurang yang dalam pun memisahkan antara si kaya dan si miskin.

Dimana posisi pemerintah? Hanya sebagai pembuat regulasi. Bukan pengayom masyarakat. Bahkan pemerintah ikut -- ikutan menjadi pebisnis, mencari keuntungan dari rakyat. 

Dari semua pelayanan umum yang dibayar masyarakat seperti pajak, listrik, BBM, PDAM, BPJS dll, pasti keuntungan bagi pemerintah. Dari pengelolaan SDA milik rakyat oleh asing, pasti juga merupakan keuntungan bagi pemerintah. Kalau begitu sih, wajar hidup masyarakat jadi susah. Jangankan punya anak dua, nanggung diri sendiri saja bisa berat.

Jadi Allah swt Maha benar. Tidak mungkin salah dengan janji -- janjiNya. Ketika Allah swt menjamin rezeki, jaminan itu sekaligus diwujudkan dengan aturanNya yang terkandung dalam al Qur'an dan as Sunnah.

Ada sistem ekonomi Islam yang mampu menjamin pemerataan kesejahteraan di masyarakat. Aturan tentang kepemilikan, larangan riba, zakat dan aturan lainnya mampu mendekatkan jarak si kaya dan si miskin. Yang kuat menolong yang lemah. Yang lemah pun didorong untuk mampu mandiri mencari rezeki Allah swt. Dengan aturan Islam, dijamin takkan ada yang terlalu kaya dan terlalu miskin.

Pemimpin dalam Islam diperintahkan Allah swt untuk mengurus dan melindungi rakyatnya. Jadi posisi pemimpin adalah sebagai pelayan rakyat. Artinya, berapapun anak yang dimiliki oleh keluarga -- keluarga di masyarakat, tidak jadi masalah. Bahkan lebih banyak lebih baik. Jumlah Sumber Daya Manusia yang banyak sesungguhnya adalah potensi besar bagi pembangunan suatu negara. SDA akan memperkuat suatu peradaban.

So, jangan takut punya anak banyak ya. Perkuat keimanan dan wujudkan pelaksanaan Islam secara keseluruhan untuk memperbaiki perekonomian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun