Salah satu penemuan terbaik di abad 21 adalah aplikasi belanja daring (online shop). Jarak, waktu, bahkan finansial bisa dipangkas melalui pemesanan di aplikasi. Selain itu, kemudahan demi kemudahan menyelimuti konsumen. Mereka hanya perlu duduk manis atau rebahan di atas kasur kemudian memilah barang yang ada di dalam etalase. Dengan beberapa klik saja, barang yang kita inginkan segera meluncur.
Kemudahan demi kemudahan belanja daring bukanlah sebuah sistem tunggal. Tulang punggungnya adalah jasa pengiriman. Maka dari itu, efektivitas, kecepatan, dan kegesitan jasa pengiriman menentukan pengalaman berbelanja konsumen. Saya sendiri bagian dari konsumen yang pernah merasakan asam manis berurusan dengan jasa pengiriman.
Ceritanya seperti ini. Suatu hari saya hendak mengikuti sebuah turnamen futsal. Karena sepatu saya mulai menunjukkan kerentanan pada lem, saya memutuskan untuk membeli sepatu baru. Saya memesan di sebuah aplikasi belanja daring. Saat itu terterah di dalamnya estimasi waktu pengiriman kurang lebih tiga hingga lima hari. Sepatu tersebut dikirim dari Pulau Jawa dan saya sendiri bermukim di Parepare, Sulawesi Selatan.
Naas bahwa aplikasi belanja daring tersebut ternyata secara otomatis memilih jasa pengiriman tertentu. Jasa pengiriman yang dipilih saat termasuk jasa pengiriman baru. Saya luput untuk memeriksa ulang sebelum pemesanan dan baru menyadari hal tersebut di hari keempat saat barang belum juga tiba.
Sesuai estimasi awal, barang tersebut paling lambat tiba di hari kelima setelah pemesanan. Tetapi pada kenyataannya, barang tersebut tersendat di sebuah "hub" antara Pulau Jawa dan Makassar. Turnamen semakin dekat, sepatu baru saya tak jelas rimbanya. Saya sontak merasa uring-uringan dengan situasi tersebut. Sepatu baru tiba di hari kesebelas, saat itu saya sudah menelan dua kali kekalahan di turnamen futsal. Berbekal pengalaman pahit tersebut, saya menjadi mawas diri dalam memilih jasa pengiriman saat berbelanja daring bahkan jika itu hanya lintas kota.
Hingga akhirnya suatu hari, saya memesan buku pada teman yang bekerja di toko buku. Meski pengiriman hanya rute Makassar-Parepare yang jaraknya hanya 154,6 KM, tetapi saya lantas segera memastikan agar memilih jasa pengiriman yang tepat. Saya menitip pesan ke teman, "Tolong dikirim melalui jasa pengiriman JNE".Â
Akhirnya, keesokan harinya, menjelang sore hari, seorang kurir mengetuk pintu. Meski raut wajahnya tergurat rasa lelah, kurir tersebut tetap tersenyum ramah sembari berkata "Paket, Pak". Kata-kata singkat yang kemudian mampu menghadirkan senyum di bibir dan membuat saya seperti orang yang paling bahagia di muka bumi. Buku Manusia Bugis Christian Pelras dan Perkawinan Bugis tulisan Susan Bolyard Millar pun tiba di tangan tanpa lecet sedikit pun. Karena buku tersebut datang tepat waktu, saya dengan riang gembira bisa bekerja sekreatif mungkin untuk menyelesaikan tugas kuliah saya.
Ketepatan estimasi waktu, pelayanan prima, dan keamanan paket menjadi hal mendasar dalam memilih jasa pengiriman. Berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu dan pemesanan dua buku tersebut, JNE termasuk jasa pengiriman yang tidak pernah mengecewakan. Dan terkadang kebahagiaan seorang konsumen, selain karena barangnya tiba, salah satu sumbernya karena pelayanan prima dari jasa pengiriman.
Connecting happiness di Indonesia Timur
Saat membeli buku dari Makassar ke Parepare menggunakan jasa JNE, saya membayar ongkos kirim sebanyak empat belas ribu. Sesuatu yang kemudian menyadarkan saya bahwa Indonesia Timur punya masalah kompleks terkait persoalan ongkos kirim.