Mohon tunggu...
Arlin
Arlin Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Memori dan Pengetahuan Kolektif atas Laut Cina Selatan

22 Mei 2024   22:28 Diperbarui: 22 Mei 2024   22:49 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milan Kundera, dalam novelnya Kitab Lupa dan Gelak Tawa mengatakan "Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa". Dalam konteks yang berbeda, kita bisa memaknai perkataan sastrawan Ceko tersebut bahwa kekuasaan bisa menghapuskan sejarah dan hal-hal lainnya di muka bumi ini. 

Dengan demikian, memori kolektif masyarakat penting sebagai perlawanan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang. Gangguan atas Natuna akan membuahkan perlawan tanpa henti dari seluruh elemen bangsa ini.

Upaya peningkatan memori kolektif hingga menjadi sebuah pengetahuan kolektif terhadap Laut Cina Selatan dapat dimulai melalui pendidikan. Pemerintah perlu memasukkan sejarah dan informasi tentang konflik Laut Cina Selatan ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Selain itu, pemerintah juga harus melakukan sosialisasi melalui media massa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan.

Konflik Laut Cina Selatan juga harus masuk pada diskursus akademik tingkat tinggi secara masif. Riset, seminar, dan kajian mendalam tentang Laut Cina Selatan harus terus hadir memenuhi ruang pengetahuan masyarakat. Dengan demikian, diskursus tentang Laut Cina Selatan akan terus tumbuh.

Selanjutnya peningkatan pemahaman terhadap Konflik Laut Cina Selatan melalui aspek budaya. Berbagai kegiatan budaya, seperti festival, pameran, dan bahkan pembuatan film dan pemanfaatan media sosial bisa dilakukan untuk lebih memperluas wawasan masyarakat terkait konflik Laut Cina Selatan. 

Di era digital ini, upaya-upaya seperti ini akan lebih efektif dan lebih mudah untuk dipahami masyarakat. Bahkan jika perlu, dilakukan kegiatan pariwisata sejarah dalam batas-batas keamanan tertentu untuk lebih mendekatkan masyarakat pada wilayah Laut Cina Selatan.

Hal terakhir yang harus dilakukan Indonesia adalah melakukan kerjasama internasional dengan melibatkan negara-negara lain terkait Laut Cina Selatan. Meski hal ini termasuk dalam konsep diplomasi, kebijakan seperti itu juga memiliki peran penting untuk menumbuhkan memori kolektif terhadap kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan. Kerjasama antar negara, terutama negara-negara ASEAN yang berdampingan dengan Indonesia di Laut Cina Selatan bukan hanya dalam aspek militer, akan tetapi diperluas pada aspek pendidikan dan kebudayaan.

Natuna di Laut Cina Selatan adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia, baik dari segi ekonomi, keamanan, maupun politik. Memastikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan dan memori kolektif yang kuat tentang wilayah tersebut merupakan tugas yang amat penting bagi pemerintah. Maka dari itu, Indonesia tidak boleh hanya terpaku pada sektor militer dan diplomasi. Negara harus mampu menyentuh semua sektor, termasuk sektor media, pendidikan, dan kebudayaan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun