Mohon tunggu...
Muhammad Arlek
Muhammad Arlek Mohon Tunggu... Penulis - ¬ Menulis untuk berbagi ¬

Suka mengamati kota. Sedang bekerja di bidang Tata Ruang. Pernah mengikuti kuliah di Arsitektur UI pada 2011.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kenapa Harga Rumah di Jakarta Mahal?

23 Desember 2023   09:23 Diperbarui: 6 Januari 2024   05:14 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Stasiun Kereta Api Parung Panjang. Sumber: https://cdn-cms.pgimgs.com/areainsider/2022/12/6-indeks-nov.jpg

Banyak keluarga muda yang sudah menikah, saat ini sedang berjuang untuk memperoleh tempat tinggal menetap. Sebagian besar generasi milenial tidak sanggup membeli properti di Jakarta, kecuali yang sudah dapat warisan atau memiliki harta melimpah ya.

Saya pernah bertanya kepada seorang senior di kampus yang saat ini tinggal di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

“Kok bapak bisa membeli rumah di Jakarta?” Tanya saya.

“Saat itu pada sekitar tahun 1980-2000, sepertiga gaji saya bisa buat nyicil tanah satu meter,” Jawab ia. (Bang Amin, komunikasi pribadi, 22 Desember 2023).

Itu dulu, sekarang? Dua kali gaji pun belum tentu bisa beli tanah di Jakarta. Jadi sudah jelas ya, kenapa generasi milenial tidak bisa membeli properti di Jakarta? Karena kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan pendapatan mereka.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira. Ia mengatakan bahwa salah satu masalah klasik dalam penyediaan rumah adalah kenaikan harga lahan yang tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan masyarakat (Kompas, 21 Januari 2021).

Kenaikan harga lahan yang tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan.

Lalu solusinya apa? Solusinya ya beli rumah di tepi kota, sehubungan dengan tingginya minat terhadap rumah tapak (landed house). Karena tidak memungkinkan membeli properti di Jakarta, maka solusinya yaitu mencari rumah di sekitar Jakarta.

Sebagaimana diketahui bersama, terdapat kota-kota yang berada di sekitar Jakarta yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Kota-kota inilah yang menjadi penyangga bagi Jakarta, atau dalam arsitektur biasa disebut dengan istilah kota satelit.

Kota-kota satelit yang dirancang, semakin lama sebetulnya semakin mengalami pergeseran ke luar pusat kota. Pada awal kemerdekaan, kota satelit berada di dalam Jakarta. Lalu seiring berjalannya waktu, kota satelit berada di luar Jakarta.

Gambar 1. Dokumentasi perumahan Kota Satelit Kebayoran. Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-61228336
Gambar 1. Dokumentasi perumahan Kota Satelit Kebayoran. Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-61228336

Pasca-kemerdekaan tepatnya pada tahun 1948, Pemerintah Indonesia merencanakan pembangunan kota baru di sisi selatan Jakarta, yang disebut Kota Satelit Kebayoran Baru. Namun karena terjadi peningkatan penduduk di Jakarta, kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pengembang atau developer untuk membangun kota mandiri di sekitar Jakarta.

Pembangunan kota di luar Jakarta, dipelopori oleh Kota Mandiri Bumi Serpong Damai (BSD) pada tahun 1984. Konsep kota mandiri merupakan kota yang menyediakan semua fasilitas, termasuk kawasan industri, perkantoran, perdagangan, pendidikan, wisata, dan permukiman (Kompas, 24 Juni 2019).

Pada saat pertama kali dibangun, teman-teman saya yang tinggal di daerah Serpong berkata bahwa harga properti disana terbilang murah. Namun saat ini, harga properti disana nampaknya tidak terjangkau oleh generasi milenial.

Karena pembangunan di Jabodetabek semakin pesat, berdampak pada peningkatan harga properti. Itulah tren yang sedang terjadi saat ini! Setiap kali terjadi perkembangan yang pesat pada suatu wilayah, terjadi peningkatan harga properti di wilayah tersebut. Mengapa bisa terjadi hal demikian? Mungkin sesuai dengan teori supply and demand economy.

Selain itu, dampak dari pesatnya pembangunan di Jabodetabek yaitu, pembangunan perumahan semakin melebar ke samping menjauh dari pusat kota. Lokasi pembangunan yang dekat stasiun menjadi pilihan strategis karena mudahnya akses untuk mencapai pusat kota.

Gambar 2. Stasiun Kereta Api Parung Panjang. Sumber: https://cdn-cms.pgimgs.com/areainsider/2022/12/6-indeks-nov.jpg
Gambar 2. Stasiun Kereta Api Parung Panjang. Sumber: https://cdn-cms.pgimgs.com/areainsider/2022/12/6-indeks-nov.jpg

Cobalah anda bermain ke wilayah Tangerang-Banten melalui jalur kereta Tanah Abang-Rangkasbitung. Sangat banyak pembangunan perumahan yang ditawarkan oleh para pengembang di dekat stasiun. Baik itu pengembang kecil, maupun besar.

Jenis perumahan yang ditawarkan pun beragam, mulai dari perumahan bersubsidi hingga komersil. Inilah poin yang ingin disampaikan penulis. Untuk generasi milenial yang ingin memiliki rumah tapak, tidak lain dan tidak bukan yaitu membeli rumah yang jauh dari pusat kota. Semakin jauh dari pusat kota, semakin murah harganya.

Demikianlah kenyataan yang harus dihadapi oleh generasi milenial saat ini. Di tengah mahalnya harga properti di Jakarta, pilihan untuk membeli rumah yang jauh dari pusat kota merupakan solusi yang ditawarkan.

--

Sumber:

Arlek, Muhammad. 2023. “Harga Properti di Jakarta”. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Desember 2023, DKI Jakarta.

Kompas (2023, 8 Agustus). Kampung Besar Bernama Jakarta. Diakses pada 23 Desember 2023, dari https://www.kompas.id/baca/opini/2023/08/07/kampung-besar-bernama-jakarta

Kompas (2021, 21 Januari). Kenaikan Harga Lahan Tak Sebanding Kenaikan Pendapatan. Diakses pada 18 Desember 2023, dari https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/01/21/penyediaan-rumah-bagi-mbr-butuh-kombinasi-dukungan/

Kompas (2019, 24 Juni). Jakarta dan Urban Sprawl. Diakses pada 18 Desember 2023, dari https://www.kompas.id/baca/utama/2019/06/24/jakarta-dan-urban-sprawl

PUPR (2019, 4 Mei). Apa Yang Dimaksud Dengan KPR Bersubsidi? Diakses pada 20 Desember 2023, dari https://pembiayaan.pu.go.id/faq/faq/p/5-apa-yang-dimaksud-dengan-kpr-bersubsidi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun