Mohon tunggu...
arleen amidjaja
arleen amidjaja Mohon Tunggu... -

A working mother, an author, a fashion bag seller

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Grandma, Grandpa and Me

29 Agustus 2016   14:48 Diperbarui: 29 Agustus 2016   14:53 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A Thank You Note to all the Grandmas and Grandpas in my life

I wish I’m a professional writer but honestly, I’m not. Aku memang bukan penulis professional. Menurutku penulis professional itu adalah penulis yang disiplin, yang setiap hari meluangkan waktu (walau kadang hanya sedikit) untuk menulis, yang bila diberi topik tertentu untuk ditulis, akan langsung bisa menindak lanjutinya dengan riset, rencana dan lalu menghasilkan tulisan yang berisi dan bermutu sebelum deadline yang telah ditetapkan.

Sementara aku? Aku hanya menulis apa yang muncul di kepalaku. Lalu bila tidak ada yang muncul? Oh mudah saja, jika tidak ada yang muncul, aku tidak menulis apa-apa. Aku ini hanya penulis pinjaman. Orang yang tangannya dipinjam untuk mewujudkan ide-ide yang berseliweran dan yang kebetulan hinggap di benak. Jadi biasanya, bila aku diberi topik tertentu untuk ditulis dengan deadline tertentu, biar diiming-imingi voucher Gramedia setumpuk pun, 99% of the time, even after I glue myself in front of my laptop for days, tidak ada yang berhasil kutulis.

1% nya lagi? Buku Grandma, Grandpa and Me ini adalah contoh dari yang 1% itu.

Ide awal buku ini bukan ideku tapi adalah ide bu Yanti di GPU. Beliau melihat bahwa dengan banyaknya ibu yang bekerja di masa kini, banyak anak-anak yang menghabiskan waktu-waktu sepulang sekolah mereka dengan para kakek dan nenek. Aku sendiri selaku seorang ibu yang bekerja, memang mengakui sangat terbantu dengan keadaanku yang tinggal di rumah orang tua. Di sekolah juga tidak sedikit kutemui kakek atau nenek yang mengantar cucu mereka. Begitu pula di tempat les. Sayangnya, kedekatan antara kakek-nenek dan cucu mereka yang amat nyata ini belum terlalu terekam di dalam cerita-cerita anak, paling tidak, tidak sebanyak kisah kasih antara orang tua dan anak. Karena itulah bu Yanti menganjurkan agar aku membuatnya dan saat itu kujawab bahwa aku tidak bisa janji apa-apa (karena walaupun sudah mencari sekian lama, sampai saat ini aku belum juga menemukan tombol on - off dari tanganku ini :).

Namun kemudian... secara tiba-tiba saja... semua nenek dan kakek yang luar biasa menampakkan dirinya di hadapanku. Bukan, bukan seperti penampakkan mahluk halus di adegan film horror. Selama ini memang sudah ada sosok nenek dan kakek yang istimewa di sekelilingku. Hanya saja mungkin karena aku sendiri bukan seorang nenek, aku tidak terlalu peka atas kehadiran mereka. Peka sih peka, maksudnya sadar bahwa mereka ada. Tapi aku tidak terlalu tune in pada kekakekan atau kenenekan mereka. Tapi setelah kesadaran menerpaku seperti air hujan pada wajah, I started to see, remember and feel.

Buku ini tidak akan ada bila tidak ada K, seorang nenek berusia 96 tahun yang sudah kukenal seumur hidupku. Jumlah anaknya 13 dan aku tidak tahu pasti berapa jumlah cucu dan cicitnya. Dulu pernah kutanyakan padanya, apa rahasianya dalam menghadapi hidup ini. Dan ia menjawab: Satu, selalu bergantung kepadaNya. Dua, take one day at a time. Tiga, have a sense of humor.

Buku ini tidak akan ada bila tidak ada S, seorang nenek yang masih muda dan cantik yang juga sudah kukenal seumur hidupku. Salah satu orang terbijak yang pernah kukenal dengan siapa selalu kukeluh kesahkan segala hal, baik yang penting maupun yang amat tidak penting.

Tentu saja buku ini juga tidak akan ada bila tidak ada kedua orang tuaku yang sekarang sudah menjadi kakek dan nenek bagi anak-anakku. Orang-orang yang membuatku sadar bahwa yang dibilang orang-orang tentang kakek dan nenek yang lebih sayang pada cucu daripada anak sendiri itu memang benar :).

Juga ada banyak pasangan kakek dan nenek di lingkungan tempat tinggalku yang tidak dapat kusebutkan satu per satu, yang masing-masing punya sifat dan kelucuannya masing-masing. Terima kasih karena telah membiarkanku berbagi dan menyaksikan hidup kalian selama empat puluhan tahun terakhir ini.

Almarhum Kakekku dari pihak Mama yang membiarkan kami bermain di antara karung-karung berisi kacang tanah. Almarhumah Nenekku dari pihak Mama yang menyimpan begitu banyak sendok obat plastik untuk kami mainkan. Almarhumah Nenekku dari pihak Papa yang selalu duduk di kursi yang sama seolah ia akan selalu ada di sana selamanya untukku. Last but not least, this book is especially for my late Grandfather from my father’s side. Orang paling baik yang pernah kutahu. Orang yang saking baiknya, bila ada temannya yang sedang butuh uang tapi dirinya sedang tidak punya uang, ia akan langsung ke sana ke mari mencari pinjaman uang supaya ia dapat meminjamkannya pada temannya. He is the one person I belive to be responsible for all the good luck in my life. (Cerita Kotak Musik di dalam buku ini di inspirasikan kotak musik yang kudapatkan dari beliau ketika aku kecil dan masih kusimpan sampai sekarang).

Happy Reading.

Arleen A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun