Gabungan mahasiswa dari beberapa Universitas yang telah melaksanakan KKN Kebangsaan di Desa Tahai Baru, Kecamatan Maliku, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, melaksanakan program kerja berupa pelatihan pembuatan hand sanitizer dari ekstrak daun sirih bersama anggota PKK setempat pada Minggu 14/08/2022.
Sindrom pernafasan akut parah oleh virus Corona  atau dikenal dengan sebutan Covid-19 pada mulanya  teridentfikasi  di  Cina, provinsi  Hubei,  kota  Wuhan  dan  WHO  pada  31  Desember 2019 menyatakannya sebagai pandemi (Hager, dkk., 2019). Studi yang dilakukan di China melaporkan bahwa Covid-19  diperoleh  dari  sampel  saluran  pernapasan  bagian  bawah  yang  diidentifikasi  dari pasien yang terkena oleh Covid-19 (Lu, dkk., 2020).  Penyakit ini telah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan menimbulkan ketakutan  besar di masyarakat dan menyebar dengan  cepat ke seluruh dunia (Hasaan, dkk., 2020). Beberapa tindakan dilakukan oleh berbagai negara termasuk pelarangan warga  berpergian  dan  tetap  tinggal  di  kediaman  mereka  berdampak  pada  semua  kegiatan sosial dan ekonomi (Nicola, dkk., 2020). Langkah kebersihan masyarakat dan kesehatan telah mulai diterapkan dimana  yang  paling  tampak  secara  visual  seperti  pemakaian  masker  wajah dan pemakaian hand sanitizer ketika beraktivitas di luar ruangan.
Beberapa sediaan hand sanitizer dapat dijumpai di pasaran dengan cara pemakaiannya cukup sederhana dan cepat yaitu dengan diteteskan pada telapak tangan, kemudian diratakan pada permukaan tangan. Akan tetapi, hand sanitizer pada umumnya banyak mengandung alkohol dan antiseptik berupa bahan kimia sintetis yang harganya relatif mahal dan sering menimbul masalah kesehatan kulit, misalnya kulit menjadi kering (terjadi penurunan kelembapan kulit normal). Seiring dengan perkembangan kasus Covid-19 yang semakin bertambah, maka permintaan akan hand sanitizer semakin meningkat. Disis lain, Â jumlah persediaan hand sanitizer tersebut semakin terbatas, sehingga angka permintaan dengan angka penawaran menjadi tidak sebanding. Hal tersebut menyebabkan jumlah hand sanitizer menjadi langka dan harga dari hand sanitizer cenderung lebih mahal dari biasanya (Octaviani, dkk., 2021). Oleh karena itu, perlu adanya alternatif lain seperti hand sanitizer dari bahan alam yang relatif lebih murah, aman, efektif, dan mudah didapat, salah satu diantaranya yaitu daun sirih.
Pembuatan hand sanitizer dalam bentuk sediaan cair yang hiegenis dari bahan tumbuhan (alami) tidak sulit dan tidak membutuhkan biaya yang mahal dengan bahan dan peralatan yang dibutuhkan sangat sederhana, sehingga dapat diproduksi dan mempunyai nilai ekonomi, di samping itu tumbuhan yang dibutuhkan untuk keperluan pembuatan hand sanitizer ini dapat dibudidayakan di pekarangan. Hand sanitizer yang dibuat ini tidak akan menimbulkan kulit kering dan iritasi karena dibuat dari bahan yang alami, namun hand sanitizer ini tidak dapat bertahan lama, hanya mampu bertahan selama dua minggu sampai satu bulan penggunaannya (Octaviani, dkk., 2021).
Desa Tahai Baru mempunyai lahan pertanian yang mayoritas ditanami padi sawah seluas 1.154,73 ha. Selain menanam sawah, sebagian masyarakat memiliki lahan perkebunan jeruk dan nanas. Tanaman sirih juga ditanam oleh beberapa warga dan tumbuh liar di beberapa titik lokasi desa.
Sirih (Piper betle Linn) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan, terutama bagian daun. Tanaman sirih mengandung senyawa kimia saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak astiri. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba (Carolina & Noventi, 2016). Senyawa ini akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel bakteri. Senyawa flavonoid dalam daun sirih memiliki mekanisme kerja mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel (Carolina & Noventi, 2016). Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan ekstrak daun sirih sebagai bahan dasar hand sanitizer dapat mengurangi jumlah virus dan bakteri. Selain itu, daun sirih adalah bahan yang mudah mengalami proses oksidasi. Dengan demikian, diperlukan perasan air jeruk nipis yang bersifat antioksidan dan antibakteri dapat ditambahkan ke dalam air daun sirih tersebut untuk meningkatkan fungsinya sebagai hand sanitizer dan menetralkan aroma yang tajam dari daun sirih (Gusman, dkk., 2022).
Salah satu peserta KKN Kebangsaan di Desa Tahai Baru dari Program Studi  Biologi Universitas Negeri Malang, La Arlan menyebutkan bahwa pemanfaatan hand sanitizer dari bahan alami merupakan suatu upaya untuk menjaga kebersihan tangan agar terhindar dari penularan Covid-19. Dengan menggunakan bahan alami, bisa menghindari alergi pada kulit yang sensitif, sehingga lebih aman untuk digunakan. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan masyarakat Desa Tahai Baru tentang pembuatan hand sanitizer alami dari ekstrak daun sirih guna menambah pendapatan masyarakat Desa Tahai Baru
Pelatihan pembuatan hand sanitizer dari ekstrak daun sirih diikuti oleh seluruh kelompok mahasiswa KKN yang bertugas dan beberapa anggota PKK Desa Tahai Baru. Metode yang digunakan dalam penyampaian program kerja KKN ini dikemas dalam bentuk mini seminar secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan. Program ini dilaksanakan melalui beberapa tahap kegiatan; tahap pertama yaitu dengan membuat video tutorial membuat hand sanitizer yang berbahan dasar daun sirih dan jeruk nipis. Tahap kedua yaitu mengadakan sosialisasi, serta praktik secara langsung terkait hal tersebut kepada kelompok ibu-ibu PKK desa Tahai Baru
Hasil dari kegiatan pelatihan ini berjalan dengan lancar. Hal tersebut dapat dilihat dari antusiasme dan partisipasi aktif yang ditunjukkan oleh peserta selama pelatihan berlangsung. Dengan adanya program kegiatan ini juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap daun sirih yang memiliki berbagai manfaat terutama dalam bidang kesehatan dan pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan hand sanitizer. Adapun langkah-langkah pembuatan hand sanitizer dari ekstrak daun sirih sebagai berikut:
- Menyiapkan alat dan bahan
- Ambil 50 gr daun sirih atau sekitar 12-13 lembar
- Daun sirih dicuci bersih di air mengalir. Tujuan dari pencucian daun sirih ini adalah menghilangkan kotoran atau debu yang menempel pada daun sirih.
- Ambil 50 gr daun sirih dipotong kasar lalu dimasukkan ke wadah yang sudah disediakan.
- Campurkan air panas 100 ml ke dalam wadah.
- Kukus daun sirih selama 15 menit dalam api kecil. Tujuan dari pengukusan tersebut adalah mengeluarkan ekstrak dari daun sirih. Setelah 15 menit berlalu, matikan kompornya dan diamkan/keringkan. Lalu saring air daun sirih yang sudah dikukus.
- Tambahkan air jeruk nipis dan di saring (4 buah jeruk nipis yang besar). Tujuan pemberian perasan air jeruk nipis yaitu menetralkan bau daun sirih yang sangat menyengat.
- Masukkan ke dalam botol spray yang telah di siapkan.
- Hand sanitizer siap digunakan.
Produk hand sanitizer alami ini memiliki beragam keunggulan sebagai pembersih, diantaranya: mengandung bahan herbal sebagai antiseptik alami, produk hand sanitizer bebas alkohol sehingga aman digunakan untuk semua jenis kulit dan tidak menimbulkan efek samping, praktis dan mudah dibuat, karena bahan dasar pembuatan hand sanitizer tersebut mudah dijumpai di lingkungan sekitar. Selain memiliki beberapa keunggulan, produk hand sanitizer alami berbahan dasar daun sirih ini juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya memiliki daya tahan simpan yang lebih rendah, dan memiliki aroma sirih yang mungkin tidak disukai oleh beberapa konsumen.
Peserta KKN Kebangsaan Desa Tahai Baru Kec. Maliku, Kabupaten Pulang Pisau lainnya yang terdiri dari Zulfani Muhendri (Univ. Palangka Raya), Maulida Pitriyah (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Arif Rizky Darmawan (Univ. Negeri Semarang), Tirta Orselah Asek (Univ. Sam Ratulangi), Carmelia M. L. Manik (Univ. Palangka Raya), Selly Oktavia (Univ. Palangka Raya), Maya Septarini (Univ. Palangka Raya), dan Maria Elbrigita Yohana (Univ. Palangka Raya) menanggapi program pelatihan pembuatan hand sanitizer dari ekstrak daun sirih dilakukan dengan harapan dapat menjadi salah satu langkah inovatif dalam mengolah potensi lokal yang ada menjadi alternatif usaha guna menambah pendapatan masyarakat setempat, serta salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, serta memberantas penularan Covid-19 di Desa Tahai Baru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H