Mohon tunggu...
Arla Lian Sabilla
Arla Lian Sabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/ mahasiswi

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik Sastra: Rumah Tanpa Jendela

9 Februari 2023   15:11 Diperbarui: 9 Februari 2023   15:30 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah Tanpa Jendela yang ditulis oleh Asma Nadia ini seakan membagikan filosofi hasrat dari seorang Rara yang hidup dalam garis kemiskinan dalam mewujudkan mimpinya. Rara cerminan dari seorang anak yang hampir sama dengan Rara Rara lain di belahan dunia manapun yang tidak pernah ingin hidup seperti ini. 

Dalam menjalani kisahnya Rara boleh jadi "mengangguk" saja saat Asma Nadia menyematkan nama Rara sebagai tokoh utama dalam karya fiksinya ini. Rumah Tanpa Jendela mengisyaratkan kepada siapapun bahwa tak kan pernah nyaman saat bernaung dalam sebuah rumah yang untuk bernafas saja, sesak. 

Singkatnya novel ini menceritakan tentang seorang anak yang sangat menginginkan rumahnya mempunyai jendela. Mimpinya yang sangat sederhana itu ternyata sangat sulit untuk direalisasikan. Rara hanya tinggal bersama nenek dan ayahnya di pemukiman kumuh. Tak ada seorangpun di lingkungan tempatnya tinggal yang mendukung mimpinya, mereka menganggap bahwa jendela bukanlah suatu kebutuhan melainkan hanya pajangan saja. Pemikiran ini tentu saja akan kita jumpai jika kita berkunjung ke daerah daerah kumuh yang  padat penduduk. Mereka berfikir bahwa jendela yang berfungsi untuk sirkulasi udara, bisa di ambil alih oleh pintu rumah mereka yang terbuka. 

Asma Nadia menceritakan adegan- adegan dalam novel dengan sangat detail sehingga pembacanya bisa membayangkan kejadian-kejadian dalam novel tersebut. Selain itu, Kalimat yang tidak terlalu kompleks juga memudahkan para pembaca untuk mengerti pesan yang disampaikan oleh asma.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun