Mohon tunggu...
Arkin Kisaran Putra Abdya
Arkin Kisaran Putra Abdya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Wisuda, Selangkah Lagi Mimpi Rahmad Terwujud

11 Februari 2017   13:19 Diperbarui: 13 Februari 2017   16:14 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisuda selalu menjadi momen yang ditunggu setiap mahasiswa beserta orangtua. Bagaimana tidak? perjuangan selama beberapa tahun sebelumnya akhirnya terbayarkan dengan gelar sarjana yang mereka sandang dibelakang nama. Rona kebahagiaanpun terpancar dari wajah orang tua, kakak, adik, abang dan bahkan seluruh anggota keluarga yang berhadir.

Setelah prosesi upacara wisuda selesai, isak tangis haru, bahagia, bangga, sedih, bercampur jadi satu dalam ruangan yang dipenuhi ribuan pasang mata. Begitu juga berbagai kejutan mulai dari rangkaian bunga, bingkisan hingga berbagai papan bunga ucapan selamat dan sukses bertaburan dipelataran gedung, jalan-jalan kampus dan bahkan disekeliling gedung wisuda.

Menariknya lagi, ada sebagian yang mendokumentasikan momen bahagia ini dengan foto bersama dengan orang-orang tersayang, bahkan menjadi ajang untuk memperkenalkan pasangaan kepada keluarga besar serta selfie bersama kawan-kawan, keluarga, kolega yang konon katanya menjadi tren saat ini. Seolah-olah hari ini mereka resmi melepas beban skripsi yang mereka pikul selama ini. Mereka tidak lagi disibukkan dengan metode penelitian,data, statistik dan bahkan dosen yang selama ini susah mereka temui.

Namun, berbeda dengan Rahmat Syah Putra, Manager Aset dan Keuangan Aceh Library Consultant (ALC) begitu nama yang disematkan padanya sejak lahir oleh kedua orang tuanya. Pasalnya anak tunggal dari pasangan M. Adam dan Ibu Ruqaiyah, setelah berhasil meraih gelar Magister Administrasi Pendidikan pada kampus Universitas Syiah Kuala saat diwisuda pada tanggal 8 Februari 2017 beberapa hari yang lalu. Setelah wisuda, dia kembali disibukkan dengan tugasnya sebagai mahasiswa pascasarjana UIN  Ar-Raniry untuk segera menyelesaikan tesisnya sebagai prasyarat memperoleh gelar, MA.

“Alhamdulillah, meski tertatih-tatih akhirnya berkat doa dan dorongan orang tua dan kawan-kawan, akhirnya saya mampu menyelesaikan magister pada program studi Administrasi Pendidikan pada Unsyiah. Tapi sebenarnya, ada tanggungjawab yang lebih besar setelah wisuda ini untuk menyelesaikan Magister pada Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry”,kata Rahmad saat ditemui tim www.alc.or.id, Sabtu (11/2/2017) di Zakir Kupi Lamnyong.

Bagi pria kelahiran kota Meulaboh, 10 April 1991, dengan keadaan yang serba kekurangan, tidak membuatnya lantas menjadi lemah dan menyerah. Justru keadaan seperti ini membuat mental dan tekad Rahmad semakin kuat untuk menjadi lebih baik. Betapa tidak, mengambil Magister pada dua Universitas yang menjadi kebanggaan rakyat Aceh, Universitas Syiah Kuala dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry dalam waktu bersamaan bukan suatu hal yang mudah untuk dilalui, ia harus bisa membagi waktu untuk kuliah disela-sela kesibukannya yang aktif di berbagai organisasi kepemudaan dan ormas.

Sejak menyelesaikan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Meulaboh I tahun 2009 Rahmad sudah mempunyai impian suatu saat harus bisa menjadi orang yang bermanfaat dan berhasil secara akademik, bisa mandiri dan tentunya membanggakan kedua orang tua.

“Perjalanan hidup saya mulai berubah ketika lulus dari MAN Meulaboh. Ketika saya mengenal kawan-kawan (red. IPA2 Angkatan 2009) yang mempunyai tekad dan semangat untuk kuliah dan berprestasi. Saya memiliki guru dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi untuk menjadi sukses dan bermanfaat”,kenang Rahmad

Menurut Ibundanya Ruqaiyah, Rahmad kecil yang masih polos dan lugu tidak ada yang bisa dibanggakan. Sejak sekolah di TK Bungong Kupula hingga tamat MIN 1 Meulaboh tahun 2003 masih selalu ingin ditemani saat sedang bermain, di ingatkan untuk mandi dan bahkan sekali-kali harus disuapin nasi.

Kata Rahmad, keinginan dan harapan akan selalu ada dihati manusia. Sungguh merupakan sunnatullah untuk meraih cita-cita yang didambakan sejak lama. “Jika Allah mengizinkan, suatu saat saya ingin menjadi Menteri di negeri ini, Mak”,kenang Ibundanya, yang begitu terharu dengan cita-cita anak semata wayangnya.

Nampaknya, tidak terlalu berlebihan jika penulis sedikit memuji dan menjadikannya sebagai inspirasi bagi yang haus akan ilmu dan gelar akademik. Rahmad sekarang, sejak memperoleh gelar sarjana pada STAIN Meulaboh, seakan-akan kita tidak percaya dengan Rahmad yang masa kecilnya harus selalu dimanja dan bahkan disuapin untuk sekedar makan nasi berubah dan seakan-akan terkesan 'bantir setir', dia selalu menjaga penampilannya, mampu bergaul dengan orang-orang hebat dan aktif diberbagai organisasi seperti HMI, KAMMI, dan KNPI.

Rahmad kecil sudah berubah, siapa tokoh Negeri ini yang tidak foto bersama dengannya, sebutkan saja Wakil Presiden Boediono, Jusuf Kalla, para menteri jajaran kabinet SBY dan Jokowi dan tokoh-tokoh pendidikan dan para petinggi partai lainnya di negeri ini. Bahkan, dia begitu muda lewat melewati ‘karpet merah’ dari pengawalan pasukan pengamanan presiden (paspampres) untuk berjumpa orang no 1 di Negeri ini, seperti Joko Widodo yang akrap disapa Jokowi.

Mungkin saja menurut sebagian kawan-kawannya, ini sebuah ‘penyakit’ dan hobby mengabdikan momen bersama orang-orang hebat. Namun, pernahkah kita berpikir bagaimana seorang Rahmad begitu mudah melewati pengawalan pasukan pengamanan presiden (paspampres) untuk bisa berfoto bersama Presiden dan Wakil Presiden.

Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Sepertinya tidak salah pepatah ini “teman bergaul, cerminan diri anda”. Kita menyadari pada hakikatnya, kita tidak bisa hidup sendiri, kita butuh orang lain. Begitu juga kita sukses juga karena orang lain, orang hebat juga karena ada dorongan pihak lain. Oleh karena itu, kita harus bisa menemukan dan bergaul dengan orang lain agar kita menjadi orang sukses dan hebat dimasa mendatang. Karena dengan kita bergaul dan mengikuti pola kebiasaan orang-orang sukses, maka magnet kesuksesan akan menular pada kita.

Setiap orang bisa memiliki impian atau cita-cita dalam hidupnya. Tercapai atau tidaknya cita-cita tersebut tergantung kepada usaha dia dalam menggapainya. Dalam menggapai kesuksesan tentu dibutuhkan perjuangan ekstra keras, pantang menyerah. Sebab, tak ada kesuksesan instan di dunia ini. Ada harga pengorbanan yang harus dibayar oleh siapa pun yang ingin menggapai sesuatu

Semoga kita semua menjadi orang hebat dan bisa membanggakan orangtua kita, Akhirnya, kita doakan semoga sahabat kita, Rahmad Syah Putra, S.Pd.I., M.Pd secepatnya menyelesaikan magisternya pada kampus UIN Ar-Raniry dan cita-cita kecilnya ingin menjadi menteri dinegeri ini terwujud. Semoga!!! [A.Kisaran]

Kota Pelajar Darussalam, Banda Aceh

11 Februari 2017

Tim Aceh Library Consultant (ALC)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun