Persipura Jayapura akhirnya, atas pemblokiran sepihak oleh PSSI, klub bertajuk mutiara hitam dianulir oleh AFC tidak main di liga champion asia. Inilah fakta prestasi anak-anak Papua terus dibatasi oleh berbagai pihak, termasuk nasib yang menimpa klub asal Tanah Papua.
Sepertinya jakarta tidak berhenti cari gara-cara dengan orang Papua. Cara yang digunakan bagitu licik sekali. Kalau PSSI itu organisasi keolahragaan, momentum untuk bersaing di tingkat asia patut didukung, bukannya menjegal. Bentuk-bentuk penghargaan kepada klub-klub yang berprestasi mestinya didukung penuh oleh persatuan sepak bola. Aneh sekali bila peningkatan prestasi yang semestinya menjadi kebanggaan Indonesia dimasa akan datang ini, justru tidak didukung oleh karena sekedar konflik saham dalam kubu badan liga semata.
Bukti "memboikot" Persipura itu tertuang dalam surat Asian Football Confederation (AFC) yang salah satunya berisi usulan dari PSSI agar Persipura diganti dengan Arema Indonesia. “Alasannya karena Persipura tidak mau mengikuti keinginan PSSI main di IPL.
Ulah dari provokasi Jakarta ( PSSI ) sendiri kepada AFC, maka Melalui surat AFC tertanggal 2 Desember 2011 ( via media massa ) ditegaskan, AFC memahami situasi yang terjadi. Walau demikian, AFC mengkonfirmasi bahwa Persipura tidak akan berpartisipasi dalam kompetisi tertinggi di daratan Asia tersebut. Surat AFC yang ditandatangani Sekjen AFC, Alex Soosay itu, merupakan jawaban surat PSSI yang ditujukan kepada Sekjen PSSI Tri Goestoro. Sebelumnya, PSSI mengirimkan surat tentang konfirmasi keikutsertaan klub Indonesia di LCA dan Piala AFC 2012, yakni Persipura dan Arema Indonesia.
Menurut Manajemen Persipura ( lansiran situs Tempo.com ) menanggapi penjenggalan, katanya, ini upaya sengaja. Kenapa begitu, karena Persipura bukan Persema atau yang lain. Coba kalau tim lain, PSSI pasti akan bilang biarkan saja mereka ke ISL. Nah, kami punya nilai jual, itulah mengapa PSSI terus mendesak kami kembali ke IPL. Karena kami menolak, akhirnya kami dijegal ke LCA,” kata Ketua Harian Persipura "Sya". Persipura jelas-jelas mengalami kerugian yang sangat besar dari polemik ini. “Bukan hanya batal ke Liga Champions Asia, tapi juga bagaimana harapan pemain muda Papua untuk berlaga ke liga internasional harus tertunda. Ini sama dengan mematikan sepak bola nasional,”.
Penghargaan PSSI kepada Persipura begitu rendah. Seharusnya Persipura yang membawa nama bangsa dengan bermain di dunia internasional didukung PSSI, atau paling tidak menyampaikan pada AFC bahwa skuad Mutiara Hitam siap berlaga di LCA. “Bukan dengan mengusulkan agar Persipura diganti. Tentunya “persipura akan mengambil langkah hukum atas masalah ini. Kami melihatnya ada permainan sejak awal. Kenapa begitu, karena dari semula Persipura yang selalu menginginkan agar PSSI membangun komunikasi dengan semua klub. Kalau tidak ada kebijakan yang salah dari PSSI, tidak akan ada ISL, ini salah PSSI,” ujar ketua harian Persipura.
Ketua PSSI harus Mundur
Persipura akan menuntut balik sekaligus meminta pertanggungjawaban PSSI. Sebelumnya 24 pengurus PSSI tingkat provinsi meminta pengurus pusat segera menggelar kongres tahunan untuk membahas nasib Ketua Umum Djohar Arifin. Djohar dinilai banyak menyalahi statuta dan hasil Kongres Bali. Pengprov se-Nusantara itu menyebutkan hasil Kongres Bali mengamanatkan pengurus PSSI untuk menggelar kompetisi di bawah bendera PT Liga Indonesia dengan 18 peserta kompetisi.
Namun pengurus PSSI justru membubarkan PT Liga Indonesia dan menunjuk PT Liga Prima Indonesia Sportindo sebagai operator liga. Maka tak salah bila manajemen persipura sebut “Djohar sudah tidak layak lagi,” “Ya mundur saja, mundur jauh lebih baik,” kata La Sya, Ketua Harian Persipura, Sabtu 3 Desember 2011.
Corat marut badan liga antar LSI-LPI berbuntut pada dua kongres. Klub liga super sendiri berpegang pada kongres PSSI di Bali, dimana LSI sebagai badan liga resmi. Toh, kepemimpinan Husin sejak awal telah berniat membentuk badan liga baru.
Tarik menarik berimbas pada persipura dijadikan tumbal dari sandiwara binis lapangan hijau. “Andaikan dari awal PSSI mengikuti aturan sesuai dengan hasil kongres di Bali, sepak bola kita akan tertib. Tapi ini malah buat kebijakan yang tidak masuk akal seperti yang sudah banyak diberitakan media,” kesalnya persipura.
Kerugian terbesar yang dialami bangsa Indonesia, khususnya rakyat Papua, seketika persipura dianulir tidak tampil di kancah asia. Saya menduga ada unsur politis dibalik penjegelan persipura. Mungkin mereka yang kendalikan PSSI sekarang ini iri hati kah?, dengan tampilnya persipura begitu hebat bila maen di Champion Asia. Memang tim Papua asal Jayapura itu punya sejarah diskriminasi yang hebat. Sekarang PSSI yang dinahkodai Djohar Arifin Husin mengikuti cara lama yang dipakai zaman dahulu oleh orde baru ( suharto ).
Demi kemajuan sepak bola dimasa yang akan datang, kepengurusan PSSI saat ini harus menghentikan cara-cara politis dalam mengelola persepakbolaan di tanah air. Kedepankan mufakat. PSSI harus berunding kembali dengan dua badan liga ( ISL maupun LPI ). Sama seperti sekarang sedang dilakukan upaya perundingan RI-Papua ( urusan politis ), nah, dalam olahraga juga harus berunding, siapa tau ada titik temu. Bila terus memaksakan kehendak, konflik LSI dengan LPI dibawah PSSI tak akan berhenti. Jika tak ada solusi lagi, satu-satunya Bapak Arifin Husin mundur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H