Kisruh penolakan lurah Lenteng Agung, Ibu Susan Jasmine yang modis nan cantik itu semakin memanas. Para pendemo pun semakin berusaha keras untuk 'mengusir' Ibu lurah tersebut keluar dari tanah suci Lenteng Agung yang katanya mereka cintai. Berbagai serangan mereka coba keluarkan, mulai dari menghimpun masa, mengumpulkan fotokopi ktp, mendemo di depan kantor kelurahan serta membawa keranda mayat. Namun kabar terbaru ini ada satu isu konyol yang coba mereka angkat untuk menjatuhkan Ibu Susan, yaitu salam (greeting maksudnya, bukan daun salam yang bumbu dapur). Para pendemo mempermasalahkan Ibu lurah tersebut yang menyapa warganya dengan good morning, selamat pagi, bounjor, bukannya dengan assalamualaikum. Mereka mengklaim apa yang telah dilakukan Bu lurah tersebut bertentangan dengan budaya masyarakat Lenteng Agung, dan menganggap Bu lurah tersebut berusaha mengubah tradisi dan nilai-nilai yang telah dipegang oleh masyarakat L.A .
Dilema, mungkin itu yang dialami oleh Ibu Susan. Bahkan untuk memberi salam saja dipermasalahkan, jika memberi salam assalamualaikum sebagian umat muslim berpendapat tidak usah menjawab salam tersebut atau hanya dengan menjawab waalaikum saja, karena mereka percaya salam juga merupakan doa, dan doa tidak diperkenankan untuk yang berbeda keyakinan.CMIIW
Tetapi jika memberi salam good morning justru dianggap ingin mengubah tradisi. hmm serba salah kan? Padahal apa yang dilakukan Ibu Susan memberi salam dengan good morning justru untuk menghormati warganya lho.. Apakah mungkin hanya karena satu orang memberi salam good morning akan mampu mengubah tradisi masyarakat Lenteng Agung yang konon katanya sudah begitu melekat dan telah ada sejak lama?
Toh kalaupun mereka tidak setuju dengan yang dilakukan Ibu Susan, cukup dengan memusyawarahkannya saja bukan? Saya rasa Ibu Susan pun tidak keberatan jika harus memberi salam dengan assalamualaikum.
Konyol ketika karena hal sepele ini dijadikan alasan untuk mengganti Ibu lurah tersebut, dan menjadi jelas bahwa alasan primordial lah yang menjadi alasan utama penolakan Ibu lurah tersebut. Jokowi dan Ahok sebagai pemimpin Jakarta pun dengan tegas menolak pemindahan dengan alasan agama. Mereka berpegang pada pondasi negara ini, Bhineka Tunggal Ika, UUD 45, Pancasila dan NKRI, bahwa semua warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dan negara harus menjamin, serta melindungi hal tersebut.
Gamawan Fauzi, menteri dalam negeri negara ini pun berespon (silakan searching). Pernyataan Bapak menteri ini terkesan abu-abu (nggak beda jauh sama kelakuan bossnya), karena di satu sisi tidak menolak tetapi 'menyarankan' untuk mengikuti tuntutan para pendemo dengan memindahkan lurah tersebut hanya karena perbedaan agama. Pak Jokowi pun enggan menerima usulan dari mendagri tersebut, dengan mengatakan evaluasi akan dilakukan setelah menjabat 6 bulan, dan itu pun berdasarkan kinerja dari lurah tersebut yang akan dinilai, bukan yang lain. Berbeda dengan Pak Jokowi, Pak Ahok terlihat langsung geram mendengar pernyataan dari atasannya tersebut. Masih jelas dalam ingatan ketika Pak Ahok mengatakan akan melawan rasis sampai mati ketika waktu itu sedang bertelepon-teleponan ria dengan Haji Lulung. Kali ini pun sikap Ahok menegaskan akan melawan rasis dan menyarankan ke mendagri untuk belajar konstitusi lagi.
Pernyataan Pak Ahok ini begitu keras dan 'menjebret' sehingga membuat Pak menteri beserta staf-stafnya meradang. Beberapa staf mengecam balik pernyataan Pak Ahok, ada juga yang curhat di twitter. Pak mendagri pun kabarnya segera menegur Pak Ahok melalui sms dan kali ini pun Pak Ahok menanggapinya sehingga bersms-sms ria lah mereka berdua tanpa kita ketahui apa sebenarnya isi sms-sms tersebut. Namun dari pernyataan Pak Ahok, ada sedikit gambaran tentang isi sms-sms tersebut. Pak mendagri mengatakan kinerja seseorang bisa turun jika terus menerus didemo jadi sebaiknya dipindahkan saja, namun Pak Ahok melawan dengan mengatakan Pak Jokowi juga sering didemo, apakah lantas kinerjanya menurun? Apakah lantas harus dipindah? Bahkan Pak Ahok berani mencolek The Big Boss SBY (saya berharap Big disini itu manfaatnya, bukan badannya atau omongannya), dengan mengatakan Pak SBY juga sering didemo bahkan lebih sering menurut saya, lantas apakah Pak SBY juga harus dipindah? Mau dipindah kemanaaa?
Ujung kulon?
Well, sampai saat ini negara ini masih bersatu salah satunya karena ada konstitusi yang mengatur dan menjadi pegangan setiap warganya. Jika konstitusi hanya sekedar pajangan, negara ini akan kembali ke zaman purbakala dimana orang hidup mengelompok dan tidak tau aturan.
Salam Indonesia Raya
Arkies Apriyandi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H