Terkait respon warganet itu, saya mengutip pernyataan rapper Tuan TigaBelas yang juga menjadi salah satu kontenstan Rhyme Pays Battle Rap League. Menurut pemilik nama asli Muhammad Syaifullah ini, wajar apabila pemirsa kita berpendapat demikian. Karena jauh sebelum rap dan hip hop masuk ke Indonesia, Nusantara sudah lebih dulu memiliki budaya berbalas bahasa yang dikenal dengan pantun. Jadi begitu budaya asing bernama rap dan hip hop ini masuk, kita pun menyesuaikan. Â Dengan kata lain, rap dan hip-hop tidak sepenuhnya hal yang baru bagi kita. Â
Netizen menyamakan rap battle dengan adu pantun, mungkin dari adu  balas lirik yang berima serta disuguhkan minimalis tanpa musik atau iringan DJ. Tuan Tigabelas menguatkan, di Amerika negeri asal hip-hop, rap battle kini disajikan dengan tidak menggunakan musik atau iringan DJ. Segmen yang masih tergolong baru ini sedang digodok di skena rap tanah air. Berjalan sekitar dua tahun ini di dalam negeri, di negara tetangga Malaysia malah sudah bergulir sejak 7 tahun yang lalu. Bagaimana di negara tetangga lainnya? Jadi sontak ingat video rap tuk tuk Thailand yang sempat viral dan menjadi bahan candaan.    Â
Menurut saya, Rhyme Pays Battle Rap League menambah satu lagi wahana kita mengekspresikan kecintaan terhadap bahasa Indonesia . Rap battle menjadi salah satu kegiatan kebahasaan yang dikemas lebih inovatif dan kekinian. Menakjubkan bagaimana gelora bakat-bakat muda ini kreatif menyuguhkan seni bahasa persatuan kita.     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H