Semangat pantang menyerah Ben mencari racikan kopi paling perfecto (Filosofi Kopi, 2015), menjelma di dunia nyata. Pemerannya; Chicco Jerikho, sigap beradaptasi dalam menjalankan bisnis kedai kopinya. Pandemi covid-19 menuntut Chicco memutar otak bagaimana usaha tetap berjalan, salahsatunya  dengan memanfaatkan produk keuangan, yakni deposito dan investasi.  Â
 Mode Survival Â
Boleh dikatakan, rajin menabung menyelamatkan Filosofi Kopi, kedai kopi Chicco, hingga tetap bisa menyediakan kopi nikmat untuk pelanggan. Betapa tidak, deposito dan hasil investasi yang awalnya akan digunakan untuk ekspansi, dialihkan Chicco menjadi biaya operasional agar Filosofi Kopi mampu bertahan di era new normal.
"Ternyata  bermanfaat apa yang sudah saya kumpulkan selama 5 tahun menjalankan usaha.  Ada saving dari awal buka usaha, yang sebenarnya dana kita alokasikan untuk ekspansi, tapi ditunda untuk meng-cover operasional, gaji," ungkap Chicco dalam Nangkring Webinar bersama Bank Indonesia "Manfaatkan Produk Keuangan, Makroprudensial Aman Terjaga", Live YouTube Kompasiana, Selasa 21 Juli 2020.
Langkah ini juga menghindari Chicco dari pilihan terburuk yakni pengurangan pegawai atau pemutusan hubungan kerja. Kondisi pandemi menuntut pelaku usaha lebih ketat memilah mana yang diprioritaskan lebih utama.
"Kalau bisa, BOD (Board of Directors-red) -nya tidak digaji untuk sementara, demi mempertahankan para pekerja. Itu yang paling penting sekarang jadi mindset perusahaan. Bagaimana cara bertahan selama pandemi. Surviving mode yang paling penting," tandas Ben, eh Chicco.
Sebelumnya, Pemberlakuan Pembatasan Sosia Berskala Besar (PSBB) melarang tempat usaha melayani dine-in. Chicco pun menggenjot penjualan secara daring dengan memanfaatkan niaga-el (e-commerce) dan transaksi dompet elektronik. Selain menjalankan protokol kesehatan dan membangun awarness terhadap covid-19, Filosofi Kopi menyediakan produk dengan kemasan baru. Kalau biasanya jual kopi per gelas, merespon tren, kini mereka juga menjual kopi kemasan botol isi satu liter.
Lebih lanjut Chicco tuturkan, memanfaatkan produk keuangan makin relevan di tengah terpaan Covid-19. Ketika menjalankan usaha, wirausahawan harus sudah menentukan, hasil keuntungan mau diputar lagi atau diinvestasikan. Yang penting kita tahu ke mana menyimpan atau mengembangkan hasil usaha. Apalagi bagi yang sudah berkeluarga, mesti jeli mengalokasikan dana, misal, memilih investasi untuk pendidikan anak di masa depan.
Senada dengan Chicco, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Ita Rulina sampaikan, pilihan investasi tergantung kebutuhan dan tujuan masing-masing individu yang mungkin berbeda satu sama lain.Â
Kak Ita, panggilan akrabnya, jelaskan lebih lanjut. Dari perbankan, ada produk keuangan berbentuk tabungan, dan deposito. Yang mau investasi lewat obligasi, kita bisa beli Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Ada yang lebih nyaman dengan investasi di emas, dengan berbagai bentuk yakni logam mulia, dan perhiasan. Ada juga yang investasi di mobil untuk mendukung usaha, atau investasi di tanah, dan lain sebagainya. Apapun produk keuangan yang kita pilih, yang penting, Kak Ita garis bawahi, ada kemampuan menyimpan uang dan tidak dikonsumsi semua. Â