Mengajak hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bukannya tanpa perhitungan yang matang. Semangat muda meluap diselip amarah meletup kerap berakibat gerak jadi tak elok, cenderung ceroboh, lalu masuklah ke perangkap.
Semangat memang penting, apalah masa depan jika pemuda tak bergelora. Tapi, jangan grasa-grusu. perlu adu cerdik, pas pasang rencana strategis. Karena, alih-alih menggunakan tangannya, musuh memanfaatkan keringat dan darah saudara-saudara kita sendiri .
Di tengah komersialisasi yang menyeruak di dunia pendidikan hari ini, Mbah Hasyim mengingatkan, bahwa kita harus kembali ke garis besar perjuangan. Institusi pendidikan yang sinergis antara teori dan praktek. pusat dinamika umat, wadah penggemblengan generasi berkarakter dan mandiri, inkubasi kegiatan ekonomi dan penempa jiwa kewirausahaan, hingga siap bergabung bersama masyarakat, berkontribusi.
Akhirnya, revolusi dimulai dari diri sendiri, untuk selanjutnya menginspirasi sekitar dan bertambah. Dalam keterbatasan, Guru Hasyim menjadikan pesantren pusat perjuangan. Rumah arqam  juga hanya sebuah rumah sederhana, namun dari sana keluar kader sekaliber para sahabat. ini bukan soal menang atau kalah. Kita tak akan pernah tahu upaya kita akan berhasil atau tidak. Tapi kita telah benar-benar tahu, bahwa berjuang itu adalah kewajiban. Kita bisa saja memilih duduk di pojokan nyaman. Tapi, pantaskah kita pilah-pilih, sementara Kanjeng Nabi pun berjibaku terjun melaju?
==============================
Judul buku   :  Guru Sejati Hasyim Asy’ari: Pendiri Pesantren Tebu Ireng yang Mengakhiri                                   Era Kejayaa Kebo Ireng dan Kebo Kicak
Penulis      :  Masyamsul Huda
Penerbit     :  Pustaka Inspira, Jakarta
Cetakan     :  I, Maret 2014
Tebal       :  270 Halaman
ISBN Â Â Â Â Â Â Â : Â 978-602-97066-6-6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H