Protes atau kekecewaan diatas, kerap dijumpai di pinggiran jalan, kerumunan orang, di kota hingga kampung, apalagi media sosil, suara protes diatas tak pernah henti, sampai kehadiran jurkam dari partai pembunuh tokoh Papua pun, suara miring tetap didengar. Budaya cerita orang Papua merupakan indoktrinasi akan suatu ingatan, menjadi memori hingga budaya tulis.
Dengan demikian, bagi saya, pemilu Indonesia tanpa suara dari Papua, tetap demokratis. Tak ada pemilu di Papua pun, suara terbanyak ada di luar Papua. Seluruh rakyat Papua memilih pun, total suara tak mencapai 1 persen. Lalu kenapa orang pada berjuang ke Papua untuk kampanye, bahkan mereka bilang, pas pemilihan nanti, Papua yang duluan di pantau. Jawabannya, negri ini punya nilai politis dan ekonomis, sehingga patut di perhatikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H