[caption id="attachment_304130" align="alignnone" width="720" caption="salah satu foto tourism Farah"][/caption]
Satu satu selebriti dan chef Indonesia, Farah Farhanah Quin marah campur kesal dengan komentar para pengangumnya di situs sosial facebook miliknya. Lantaran komentar kotor yang menganggap budaya koteka orang Papua sebagai bentuk pornografi. Komentar miring tersebut oleh para penggemarnya usai dia merilis 11 foto terkait kunjungan turisnya ke Wamena Papua. Kemarahan Farah bukan saja sendirian, komentar pedas dan kritik tajam dari pengguna lainnya. Koki masak ternama ini bukan sedang mencari sensansi belaka, tetapi dia menyatakan keberpihakannya pada budaya lokal yang patut dihargai oleh warga negara lainnya.
Tertulis di akun facebooknya, Farah menulis-Tadi malam account FBku sempat ditutup admin karena banyak yang komplain tentang foto yang aku posting bersama dengan warga pedalaman Papua yang bertelanjang dada dan memakai Koteka. Jujur, aku kecewa dan marah sekali dengan banyaknya komplain tentang foto itu. Disini kita berbicara tentang budaya leluhur yang sudah berjalan ribuan tahun lamanya. Aku bangga dengan budaya unik yang masih bertahan dan sebanyak mungkin aku berupaya untuk menunjukkan dan mempromosikannya ke siapapun dan dimanapun. Pada satu kesempatan di Jayapura, Farah mengatakan, "Saya datang ke Papua seperti luar negeri, Saya sangat bangga sekali,"
Terkait komentar miring yang menyebut koteka sebagai pornografi, Farah melanjutkan, ternyata banyak yang berpandangan kotor terhadap foto seperti itu. Bertanda masih banyak dari temen-temanku disini yang berpikiran sangat sempit. Menyedihkan sekali, kata Farah, budaya yang sangat indah dan daya tarik untuk tourisme dilihat dengan fikiran yang kecil akhirnya bisa merugikan negeri kita sendiri. Jadi aku mohon untuk teman-teman supaya bisa membuka pandangan terhadap hal2 seperti ini. Salah satu caranya yaitu dengan traveling sebanyak mungkin, dengan traveling kita bukan menghabiskan uang semata (banyak yang berpandangan seperti itu ketika melihat foto2ku) tetapi ilmu dan inspirasi yang kita dapatkan bisa memperkaya dan merubah perspective kita dalam melihat dan menghakimi sesuatu ke pandangan yang lebih positive.
Kicauan heboh ini tak luput dari pantauan media online lokal Papua, salah satunya, Majalah Selangkah, melansir beberapa komentar dari berbagai pihak yang terlibat dalam kicauan ini. "Mereka pakai koteka tanpa baju, kita jangan anggap itu pornografi, karena mereka melestarikan budaya mereka, orang Papua saudara kita juga, jangan berpikiran miring terhadap budaya mereka," komentar Suciyanti.
"Kenapa kalian mengomentari budaya Papua dengan pikiran-pikiran kotor k.? mereka memelihara budayanya, coba berkaca diri, anda mengenakan rok mini dan celana hot di ruang terbuka, kalian sendiri mengadopsi budaya barat baru, kenapa kalian menjelekan budaya suku lain ya.??" kata Shasa Basyir mengomentari foto yang sama di dinding facebook Farah Quinn.
"Kami dulu di Jawa, budaya dan adat istiadat kami hancur karena memaksakan keyakinan anda dan tidak bisa menerima perbedaan paham yang diturunkan nenek moyang kami, maka kami kembali ke Bali menata budaya Bali dan sekarang Bali dikenal oleh dunia," komentar Diah.
"Sejak sekolah dasar, kami diajari budaya Jawa, Bali, Sumatra dan Kalimantan, aneh kalau kalian tidak mengenal budaya Papua, kami sudah tahu pakaian adat dan rumah adat kalian, lalu berpikiran negatif terhadap budaya dari suku-suku lain di Indonesia dan tidak mau terima perbedaan yang disatukan lewat Bhineka Tunggal Ika itu aneh," komentar Hery Sroyer.
"Kami suku-suku di Papua, mau mengatakan kepada kalian yang berpikiran negatif, kami menghargai berbagai keragaman budaya Indonesia yang berbeda-beda suku dan bangsa tapi ternyata anda sendiri yang primitiffffffff, hitam kulit, kriting rambuat, aku Papua.. trus koe mau apa.. tra suka terserah ya.. eps k.?," komentar Grace, warga Papua.
"Orang Indonesia kebanyakan membawah nama agama untuk menutupi kelakuan kotornya.? masa budaya berkoteka orang Papua kok dianggap pornografi, bisa bedakan budaya dan porografi kah.?? Kalau begini bhineka tunggal ika tinggal sejarah saja cara pandang memojokan budaya lain, makanya indonesia tidak maju-maju ini," komentar Claudia yang di akun facebooknya berstatus warga Malaysia.
"Aku lahir di Papua, berdarah Jawa, nama Papua akan selamanya ada di akte kelahiranku, jiwa saya tetap bersama Papua. dan bangga pernah hidup di Papua dan melihat langsung kehidupan di sana dan berinteraksi saudara2 di Papua. Saya bangga dengan alam Papua dan saya menghormati cara hidup dan tradisi orang Papua," komentar Sri Partiyem.
"Mba, Farah Quinn poto bareng bersama orang Papua dengan kondisi budaya mereka disana, mari posisikan diri kita,berpikir positiv dengan keberadaan kita masing-masing, jangan kita saling menghakimi dengan pikiran kotor, dimana moralitas anak indonesia.?" kata Sugeng Junior, masih di potret yang sama.
Sumber foto dari akun Farah masuk, sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H