"Kami dulu di Jawa, budaya dan adat istiadat kami hancur karena memaksakan keyakinan anda dan tidak bisa menerima perbedaan paham yang diturunkan nenek moyang kami, maka kami kembali ke Bali menata budaya Bali dan sekarang Bali dikenal oleh dunia," komentar Diah.
"Sejak sekolah dasar, kami diajari budaya Jawa, Bali, Sumatra dan Kalimantan, aneh kalau kalian tidak mengenal budaya Papua, kami sudah tahu pakaian adat dan rumah adat kalian, lalu berpikiran negatif terhadap budaya dari suku-suku lain di Indonesia dan tidak mau terima perbedaan yang disatukan lewat Bhineka Tunggal Ika itu aneh," komentar Hery Sroyer.
"Kami suku-suku di Papua, mau mengatakan kepada kalian yang berpikiran negatif, kami menghargai berbagai keragaman budaya Indonesia yang berbeda-beda suku dan bangsa tapi ternyata anda sendiri yang primitiffffffff, hitam kulit, kriting rambuat, aku Papua.. trus koe mau apa.. tra suka terserah ya.. eps k.?," komentar Grace, warga Papua.
"Orang Indonesia kebanyakan membawah nama agama untuk menutupi kelakuan kotornya.? masa budaya berkoteka orang Papua kok dianggap pornografi, bisa bedakan budaya dan porografi kah.?? Kalau begini bhineka tunggal ika tinggal sejarah saja cara pandang memojokan budaya lain, makanya indonesia tidak maju-maju ini," komentar Claudia yang di akun facebooknya berstatus warga Malaysia.
"Aku lahir di Papua, berdarah Jawa, nama Papua akan selamanya ada di akte kelahiranku, jiwa saya tetap bersama Papua. dan bangga pernah hidup di Papua dan melihat langsung kehidupan di sana dan berinteraksi saudara2 di Papua. Saya bangga dengan alam Papua dan saya menghormati cara hidup dan tradisi orang Papua," komentar Sri Partiyem.
"Mba, Farah Quinn poto bareng bersama orang Papua dengan kondisi budaya mereka disana, mari posisikan diri kita,berpikir positiv dengan keberadaan kita masing-masing, jangan kita saling menghakimi dengan pikiran kotor, dimana moralitas anak indonesia.?" kata Sugeng Junior, masih di potret yang sama.