Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Prabowo Meriah-Jokowi Merana

8 Juni 2014   17:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:42 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepekan sudah kampanye berlangsung. Ada yang meriah, ada yang merana. Selain memandand raut wajah capres, situasi lingkungan sekitar sebagai jawabanya. Dari raut wajah, Jokowi nampak kusyuk, Prabowo nampak tegar. Ketika tampil di publik, Prabowo suka menatap keatas, Jokowi suka merunduk. Arena car friday sekarang, pendukung prabowo kuasai Monas, Jokowi fokus ke Solo. Begitu juga deklarasi pendukung Prabowo kemarin di Taman Ismail Marzuki, kapolres setempat mengatakan bahwa loyalis Prabowo ribuan, sementara love Jokowi cuman ratusan.

Selang kampanye, di beberapa wilayah, ruang publik total milik Prabowo. Ketika kampanye ke kota Padang, Jokowi hanya berada di gedung. Prabowo malah disambut meriah. Ketika kampanye ke Papua, Jokowi fokus di seputar Jayapura, khususnya di kampung netar-sentani. Sementara Prabowo walau belum ke Papua, disini ada barisan gerakan indonesia-BARINDO (organisasi bikinan tentara) untuk hadapi separatisme sipil.

Kedua capres hari ini punya pendukung yang seimbang. Kaum agamais, kaum tani, kaum militer. YLBHI menyebut 5 jenderal pembunuh rakyat ada dilingkaran Jokowi. Begitu juga kubu Prabowo terdapat 6 jenderal. Artinya, dikotomi mana kubu pelanggar HAM atau tidak, sudah kusam. Meminjam komentar sahabat saya di Papua; pas capres, dorang datang ambil hati kitorang, setelah jadi presiden, dorang (mereka/dia) datang bunuh kitong (kita/orang Papua).

Basic Capres

Wong deso vs wong konglomerat, disini habibat capres dituntut untuk berada dimana basic mereka. Jokowi keliling pasar yang mayoritas pebdukung prinumi/kelas bawah. Dia merayap ke pasar-pasar tradisional. Sementara Prabowo lebih menyapa warga dari atas mobil dan kerap menunjukan dirinya sebagai orang berada (punya harta, pengalaman, bergaul bebas).

Dari segi karier, Prabowo keliling dunia dan Indonesia, maka bekas kakinya ada di berbagai wilayah. Dikenal oleh berbagai kalangan, dari Papua hingga Aceh. Sementara Jokowi, hanya dikenal rakyat Solo dan Jakarta, media turut mengenalkannya kepada dunia. Orang/pemilih, tentu suka dengan seseorang yang pernah datang ke daerah mereka, mereka tra akan pilih seseorang yang hanya dikenal via tv/koran bahkan saat kampanye semata.

Bicara soal Papua, kasus-kasus seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM), Prabowo lebih paham ketimbang Jokowi. Karena Prabowo pernah terjun atasi sandera Mapenduma, otomatis dia tau apa itu OPM. Sementara Jokowi, malah nol pemahamannya. Orang Papua bilang tak kenal maka tak sayang. Artinya, kedepan, Jokowi akan pakai penasihat politik untuk atasi masalah separatisme, sementara Prabowo sudah paham, langsung atasi. Beruntungnya, pak Jokowi punya seorang wakil yang sudah punya pengalaman atasi masalah Aceh, Yaitu pak JK.

Kesimpulannya:

1. Jokowi punya habitat suara di klas bawah yang tidak cerdas dalam memilih, mudah dihasut/ketipu. Prabowo punya massa pendukung yang cerdas dan berpendirian teguh. 1 orang bisa gandeng 100 orang, ini kelebihannya.

2. Prabowo berpengalaman di nusantara via kariernya, baik didalam maupun diluar negeri, pada kenal dekat sosok Prabowo. Jokowi hanya dikenal di solo, Aceh dan Jakarta. Opini publik hendak menggiring dia agar menjadi sosok yang harus diterima berbagai kalangan, walaupun sukses, namun pemilih tak mudah terkecoh dari opini.

3. Hadirnya jenderal di kedua kubu bukanlah peluang, sebab mereka juga ingin berlindung dibalik ajang pilpres. Jadi, walaupun ada 100 purnawirawan di salah satu kandidat, bagi saya, berpengaruh kalau negara ini semi militer, tapi indonesia adalah negara hukum-demokrasi.

Ada banyak presiden didunia ini yang prilaku hidupnya dari sebelum punya apa-apa menjadi kaya, dari belum kasus kemudian timbul kasus, dari hidup mewah-mewah menjadi hidup sederhana. Prilaku pemimpin didunia sudah banyak kita jumpai. Maka itu, kriteria pemimpin bermasalah atau pemimpin kampungan, tergantung pada kriteria konstitusi masing-masing negara.

Dengan demikian, berhubung saya golput alamiah pada capres mendatang, bagi yang memilih, silahkan simak visi-misi dua capres. Paling banyak kedua capres punya visi yang sama; yaitu kemandirian bangsa/negara.

1. Ekonomi mandiri/trisakti atau semacamnya ada di dua kandidat.

2. Soal investasi asing, Prabowo usung negosiasi ulang, Jokowi usung recovery aset.

3. Soal utang luar negri, Prabowo usung 0 persen/penghapusan utang. Jokowi usung mengutang untuk bangun infrastruktur.

4. Soal HAM, Jokowi usung penuntasan kasus HAM diluar Papua. Prabowo usung penegakan HAM.

5. Prabowo kasi 1 miliar tiap desa utk kelola, Jokowi bikin desa adat.

6. Mereka dua sama-sama usung perlindungan terhadap kaum marginal maupun prempuan.

7. Soal perbankan, Prabowo usung perbankan syariah utk petani/nelayan. Jokowi usung infrastruktur perbankan dibuka aksesnya lebar2.

8. Mereka dua juga sama-sama usung penghormatan terhadap kelompok minoritas lainnya.

9. Untuk luar negri, Jokowi perkuat lobi-lobi DEPLU urus infrastruktur dan fokus ke ASIA-PASIFIK. Prabowo usung negara kepulauan sebagai kampanye maritim keluar negri.

10. Soal otsus, keduanya sama-sama usung moratorium pemekaran.

Latar belakang capres, dari pengalamannya dalam berkarier, ketika maju sebagai sosok presiden, disinilah pengadilan rakyat berlaku-bukan opini media. Bahwa presiden adalah milik semua orang Indonesia, bukan milik Jakarta atau Solo saja. Kalian sedang menyaksikan kandidat presiden, bukan gubernur atau walikota.

Ketika Jokowi keluar dari Jakarta keliling Indonesia, dia jadi merenung sendiri karena masalah di daerah beda dengan apa yang dia saksikan selama ini. Prabowo malah enjoi karena dia tak hanya memandang indonesia dari dalam negri, tapi sudah melihat Indonesia dari negara lain.

Saya pun mengenal Indonesia dengan berada di daerah manapun, bukan hanya di Papua. Begitu juga mengenal Tanah Papua hanya terbatas pada lingkungan Papua saja, saya adalah orang Papua yang kurang wawasan tentang Papua. Sebab pandangan Jakarta terhadap Papua selama ini bertolak belakang dengan pandangan orang Papua. Supaya beres, anda harus mengadopsi pandangan Jakarta dan Papua menjadi satu paket agar mudah selesaikan masalah. Praktik diataslah, maka saya menulis tentang kedua capres saat ini, dengan judul: Prabowo Meriah-Jokowi Merana.

Artikel ini murni pikiran pribadi yang tidak menjagokan siapa-siapa di pilpres, hanya sebagai petikan dari realitas kedua capres, sekaligus mendukung para pendukung masing-masing agar terus bekerja menggapai impian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun