Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revolusi Mental: Warga Jewa Papua Krisis Pangan, Bara JP Sumbang ke Jokowi

22 Juni 2014   03:05 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_312176" align="aligncenter" width="516" caption="screenshot (krisis pangan Jewa dan Sumbangan ke Jokowi)"][/caption]

Gambar diatas ironis. Disaat warga kampung Jewa Distrik Tembagapura Papua krisis pangan semenjak Januari silam, belum ada solidaritas memberikan sumbangan ke kampung itu. Namun, kubu Jokowi Bara JP di Papua kumpulkan uang 8 juta lebih dalam waktu 2 jam untuk sumbang ke capres mereka. Itukah revolusi mental yang diusung katanya capres pro rakyat?

http://tabloidjubi.com/2014/06/21/bara-jp-papua-kumpulkan-sumbangan-85-juta-rupiah-dalam-dua-jam/

Untuk mengatasi krisis pangan tersebut, warga setempat dilaporkan mencari bala bantuan ke kampung-kampung terdekat, seperti ke Aroanop hingga ke Banti Tembagapura. Warga rela berjalan kaki sehari penuh dari Jewa ke Aroanop melintasi gunung-gunung yang terjal, sungai dan ngarai yang dalam serta hutan belantara untuk bisa mendapatkan bala bantuan. Hingga kini, baru LPMAK yang memberikan perhatian untuk mengatasi krisis pangan di Jewa, sementara Pemkab Mimika maupun PT Freeport Indonesia belum bergerak untuk membantu meringankan beban penderitaan masyarakat setempat.

Orang Jewa krisis pangan akibat kebun mereka tak menghasilkan kebutuhan makan. Kadang tanaman mereka busuk akibat banjir limbah, cuaca yang kurang bersahabat, penduduk yang berada dibalik pertambangan freeport itu, sudah kehilangan bahan makanan semenjak awal tahun 2014.

Situasi yang terjadi di Kampung Jewa itu bisa jadi juga dialami masyarakat Papua di kampung-kampung pedalaman dan terpencil lainnya di Kabupaten Mimika, mengingat selama ini masyarakat kurang mendapat sentuhan dan perhatian dari pemerintah daerah maupun pihak-pihak yang lain. "Kalau di Jewa saja masyarakat bisa kelaparan, bagaimana di kampung-kampung lain yang jauh dari area perusahaan Freeport," ujar Thomas dengan nada prihatin.

Menurut LPMAK, mereka sudah tiga kali mengantar bantuan pangan ke Kampung Jewa sejak wilayah itu dilaporkan mengalami krisis pangan berkepanjangan pada Januari. Krisis pangan di Jewa terjadi lantaran kondisi cuaca yang terus-menerus dilanda hujan. Akibatnya, tanaman pertanian masyarakat mengalami kerusakan dan mati. Kebun-kebun warga yang ditanami keladi dan umbi-umbian lainnya dilaporkan rusak karena longsor. Akses jalan dari Kampung Jewa ke kebun-kebun warga yang berada di sekitar kampung yang berbatasan dengan Kabupaten Intan Jaya itu juga terputus.

http://rplasa.com/berita-lpmak-kampung-jewa-sebelah-freeport-krisis-pangan.html

Saudara kita di atas tebing freeport sedang menghadapi kesusahaan, toh, agenda pilpres buat sebagian orang justru berbondong-bondong sumbang uang ke capres mereka. Naluri kemanusiaan sudah tipis, logika solidaritas sesama rakyat beralih kepada mengutamakan seorang capres ketimbang orang-orang disekitar kita yang sedang devisit kebutuhan hidup.

Revolusi mental justru suatu kekaburan masa kini, mentalitas gotong royong bukanya digalakkan demi membantu sesama kita, malah untuk mengejar sebuah sensansi belaka berupa sumbang ke capres.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun