Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Enam Puluh Sembilan (69)

17 Agustus 2014   23:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:18 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1969 penentuan pendapat rakyat digelar, usia NKRI yang ke-69, pilpres langsung digelar dan kali ini Papua jadi sorotan. Sasaran yang diangkat adalah demokratis atau tidak.
Pepera, bagi sebagian kalangan di Papua "cacat hukum, HAM dan Demokrasi" akibat proses tersebut penuh rekayasa. Sementara pilpres di hut NKRI 69 dituding oleh salah satu kandidat capres sebagai praktik curang yang sistematis dan terstruktur.
Kandidat pilpres akhirnya gugat ke pengadilan nasional. Sementara orang Papua angkat masalah PEPERA hingga ujung dunia tau. Baik capres NKRI maupun orang Papua sama-sama bicara soal demokrasi di tahun 1969 maupun pada hut ke 69. Keadilan demokrasi menjadi pijakan para pihak dalam menggapai hak dan maksud mereka.
Capres yang gugat ingin berkuasa 5 tahun akan datang, sementara orang Papua berjuang demi menyelamatkan Tanah dan kehidupan diatas negri mereka. Tahun 1969 adalah tragedi demokrasi yang terjadi disini, sedangkan gugatan pilpres di hut ke-69 NKRI.
Referendum orang Papua kala itu dilakukan saat negosiasi freeport sudah aman dengan pihak Indonesia. Rekayasa internasional atas demokrasi di Tanah Papua, tak dapat dipungkiri lagi. Bagaimana dengan pilpres 2014 yang oleh kubut satu ada pihak asing ikut bermaian? Mati tertindas oleh hegemoni (invisible hand) ataukah bangkit melawan!
-69-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun