Mohon tunggu...
Jingga Kelana
Jingga Kelana Mohon Tunggu... Arkeolog -

Lulusan Program Studi Arkeologi, FIB Udayana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Candi di Banyuwangi dan Sejumlah Persoalannya

17 November 2016   12:56 Diperbarui: 17 November 2016   13:05 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ornamen Alamaka pada puncak Prambanan

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Catatan-catatan Belanda itu memang detil, namun peneliti harus tetap berhati-hati dalam menggunakannya. Antara pernyataan yang dikeluarkan oleh Frederick Eep dan Johanes Muller apabila diamati sebenarnya saling bertolak belakang. 

Tetapi dari suatu hal yang saling bertolak belakang tersebut akhirnya dapat diketahui, bahwa masyarakat Jawa-Hindu yang bermukim di Banyuwangi memiliki karakter dan kepribadian tersendiri yang harus tetap dipelajari, dijaga, dipertahankan, dan dilestarikan sesuai dengan paugĕranyang ada. Kepribadian itu di kemudian hari dialĕluhuri (dihormati dan diteruskan) oleh masyarakat Bali-Hindu sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan ornamen kedok muka Pura Maospahit, Tonja, Denpasar yang sama dengan kedok muka Barong Blambangan.

Penutup

Kita semua tengah belajar membangun sebuah masa depan baru. Di belakang kita sebuah jalan berliku telah kita hadapi. Kami sebagai generasi penerusmu di balik gerbang virtualitas itu, mencoba memahamimu dari realitas yang tengah kau jalani. Dari kalianlah kami belajar tentang seluk-beluk dunia digital dan kehidupan. Kami terkejut menerima pesan-pesan dan menanggapi kejadian belakangan ini telah mengorbankan sejumlah artefak yang ada. Tapi sebaliknya, kalian terkejut ketika keluar dari dunia maya, bertempur dalam dunia realitas, dan menemukan warisan terpendam milik para leluhur. 

Realitas itu tidak hanya selebar kaca di hadapanmu. Kita harus siap keluar dari zona nyaman, dari foya-foya menenggak harta hasil menjual harga diri para leluhur, dan berteguh janji menjaga warisan yang tersisa. Jangan biarkan dirimu terkoyak dibakar api kebencian terhadap warisan leluhurmu sendiri, karena hal itu dapat membuatmu kehilangan pijakan hidup untuk selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun